Angkatan
Udara Amerika Serikat mengirimkan pesawat pendeteksi radiasi nuklir WC-135C
Constant Phoenix ke Inggris pada 17
Februari 2017. Sebuah langkah langka setelah Perang Dingin berakhir.
Pesawat
dengan nomor 62-3582 terbang menggunakan radio callsign
“Cobra 55” dan dikerahkan ke Pangakalan Udara Inggris Mildenhall.
WC-135
adalah turunan dari pesawat transportasi dan dukungan Boeing C-135. Dua pesawat
jenis ini masih digunakan Angkatan Udara AS dari 10 pesawat yang dibangun
dan beroperasi sejak 1963.
Pesawat
diterbangkan oleh awak penerbangan dari 45th Reconnaissance Squadron from
Offutt Air Force Base sementara kru misi dari
Detachment 1 dari Air Force Technical Applications Center.
WC-135, yang
dikenal sebagai “sniffer” atau “burung cuaca” oleh kru-nya. Pesawat dapat membawa sampai 33 personel. Namun, jumlah personel biasanya akan
ditetapkan pada angka minimum untuk mengurangi risiko jika terjadi paparan
radioaktif.
Gas
dikumpulkan oleh dua sendok di sisi pesawat, yang kemudian ditangkap melalui
sebuah filter. Para kru misi memiliki kemampuan untuk menganalisis residu secara real-time guna membantu mengkonfirmasi apakah ada unsur nuklir dan mungkin menentukan karakteristik dari hulu ledak yang
digunkana. Itu sebabnya pesawat ini
penting untuk mengkonfirmasi jenis uji ledakan nuklir sebuah negara.
Selain
untuk pemantauan uji-coba nuklir, WC-135
digunakan untuk melacak aktivitas radioaktif seperti yang terjadi setelah
bencana Chernobyl di Uni Soviet pada
tahun 1986 dan insiden Fukushima pada tahun 2011.
Salah satu
pesawat tersebut saat ini ditempatkan di dekat Korea Utara dalam mengantisipasi
peluncuran roket Kim Jong Un kemudian terlihat transit di wilayah udara Inggris
pada Agustus 2013 ketika ada spekulasi peningkatan penggunaan senjata kimia
oleh Suriah.
Tetapi
penyeberangan pesawat ini ke wilayah Eropa untuk saat ini bisa dikatakan
sebagai hal yang jarang. Belum ada
pernyataan resmi dari militer AS tentang alasan mengapa pesawat penelitian
nuklir itu ditempatkan di sana. Namun, banyak sumber menyatakan pesawat itu bertugas
menyelidiki lonjakan kadar yodium yang terdeteksi di Eropa utara sejak awal
Januari lalu.
Iodine-131
(131I), dalalm laporan awal
disebutkan pertama kali ditemukan pada 2
dari Januari 2017 di utara Norwegia. Iodine-131 juga terdeteksi di Finlandia,
Polandia, Republik Ceko, Jerman, Perancis dan Spanyol, sampai akhir Januari.
Namun, tak seorang pun tahu asal dari Iodine-131 tersebut.
Tetapi juga
ada spekulasi adanya Iodine-131 sebagai efek samping dari tes hulu ledak nuklir yang kemungkinan baru-baru
ini dilakukan Rusia. Kemungkinan WC-135
dikirim untuk membantu melacak asal usul
Iodine-131 tersebut.
0 comments:
Post a Comment