Sejumlah
media di Indonesia pada medio 2016 pernah mengangkat mengenai operasi HABRINK.
Operasi
HABRINK dilancarkan badan intelijen Amerika Serikat (AS) CIA untuk mencuri
informasi sensitif mengenai sistem persenjataan Uni Soviet yang telah dipasok
ke Indonesia pada dekade 1960-an.
Operasi
HABRINK dibocorkan ketika David Henry Barnett, seorang eks agen CIA yang
bertugas di Indonesia, ditangkap oleh FBI karena pengkhianatan pada tahun 1980.
Barnett dituduh membocorkan rahasia HABRINK ke publik.
Motif
Barnett adalah uang. Hasil penjualan informasi rahasia itu ia gunakan untuk
menutupi hutang sebesar USD100.000 dari bisnis pemijahan udang dan ekspor rotan
yang bangkrut. Uni Soviet sendiri ingin mengetahui siapa nama orang Indonesia
yang menyerahkan dokumen-dokumen tersebut ke pihak CIA.
Di masa Orde
Lama, Indonesia memang menjadi darling dari Blok Timur, dikucuri kredit hampir
satu miliar dolar untuk membeli beragam persenjataan terbaik dan tercanggih di
kelasnya.
AURI
kebagian pesawat pembom Tu-16 Badger yang saat itu baru dijual ke Mesir dan
Indonesia di luar Uni Soviet, sistem rudal SAM SA-2 Guideline, pesawat pembom
Il-28, pesawat buru sergap MiG-17, 19, dan 21. Semuanya terhitung baru dan AS
sangat ingin mengetahui kemampuannya.
Sejumlah
program pengintaian dengan pesawat intai U-2 Dragon Lady serta satelit
mata-mata KH-11 Keyhole dilakukan puluhan kali atas Indonesia, tetapi itu
dirasa belum cukup.
AS tentu
membutuhkan dokumentasi, manual teknis, serta dokumentasi lain yang dapat
menyingkap rahasia kecanggihan alutsista tersebut.
Di masa itu,
komunisme internasional tengah menggejala dan tidak mungkin bagi AS untuk
mendapatkan rahasia tersebut dari negara-negara lain yang pro komunis. Apalagi
teknologi persenjataan yang diberikan kepada mereka pun kalah canggih dengan
yang ada di Indonesia.
Yang belum
banyak diketahui publik adalah ternyata HABRINK tidak hanya merujuk pada nama
program, tetapi juga merujuk pada jaringan agen Indonesia yang menyerahkan
dokumen-dokumen tersebut kepada CIA. Oleh CIA agen-agen ini diberi kode
HABRINK/1.
Pengungkapan
ini dapat disimak pada buku The Central Intelligence Agency: An Encyclopedia of
Covert Ops yang ditulis Jan Goldman Ph.D dan diterbitkan oleh ABC-CLIO.
Program
HABRINK dijalankan secara klandestin, tanpa sepengetahuan Pemerintah Indonesia dan
juga Pemerintah Uni Soviet. Secara spesifik program ini ingin memperoleh data
mengenai sistem rudal SA-2 Guideline, rudal antikapal Styx, dan kapal selam
kelas Whiskey.
Di antara
operasi serupa yang pernah digelar CIA, HABRINK merupakan operasi yang paling
sukses dalam memproduksi data teknis ketiga jenis persenjataan itu. Data
mengenai Tu-16, rudal Kennel, KRI Irian yang merupakan kapal jelajah kelas
Sverdlov juga diperoleh dari program HABRINK.
Dalam waktu
nyaris semalam, AS langsung dapat menutup celah pemahaman mereka atas sistem
senjata Soviet, dan tentu saja mempersiapkan penangkalnya.
HABRINK/1
bahkan berhasil menyerahkan fisik dari sistem pengendali rudal SA-2 Guideline
yang menjadi momok bagi para penerbang AL dan AU AS di Vietnam.
Berkat
informasi dan perangkat keras yang diserahkan ini, dalam waktu singkat para
ilmuwan AS bisa mendeduksi sistem komunikasi dan frekuensi radio terenkripsi
yang digunakan untuk mengarahkan rudal SA-2 ke sasaran.
Mereka juga
menciptakan perangkat jamming yang efektif atas radar SA-2. Selain SA-2,
HABRINK/1 berhasil pula memberikan sistem antena dan pemandu giroskop rudal
Styx.
Lalu apa
motif HABRINK/1?
Hal ini
tidak diungkap secara gamblang, tetapi yang jelas adalah adanya imbalan
ekonomi. HABRINK/1 dan jaringannya yang mengumpulkan data dari berbagai
pangkalan AURI, ALRI, dan AD konon menerima imbalan finansial senilai
USD300.000 dari CIA.
Jika
dihitung per dokumen, HABRINK/1 menerima USD175 per dokumen. Jadi kalau
dihitung-hitung, HABRINK/1 menyerahkan hampir 2.000 dokumen!
Mengenai
siapakah orang Indonesia yang menjadi agen HABRINK/1, CIA yang sudah merilis
dokumen-dokumennya dari tahun 1950 hingga 1980-an melalui Freedom of
Information Act (FOIA) tidak pernah mengungkap siapa mereka sebenarnya.
Namun dengan
sistem distribusi informasi di Angkatan Bersenjata yang sangat terbatas antar
angkatan pada saat itu, keberhasilan mengumpulkan dokumen teknis dari ketiga
angkatan adalah sebuah upaya yang hanya dapat dilakukan oleh seseorang di
tempat yang tinggi.
CIA sendiri
memberi petunjuk bahwa HABRINK merupakan kriptonim, atau singkatan yang
memiliki unsur kriptografi.
Jika
penamaan agen lazimnya mengikuti suatu penciri khusus, maka jika kita menghapus
kata ‘ABRI’ dari HABRINK, maka tersisa inisial HNK. Siapakah dia?
Rahasia HABRINK/1
mungkin tidak akan pernah terungkap, terkubur oleh pasir waktu.
0 comments:
Post a Comment