Operasi
pembunuhan yang dilkukan dengan drone oleh CIA akan semakin menjadi-jadi
setelah pada Senin 13 Maret 2017, Presiden AS Donald Trump memberi lembaga
intelijen itu lampu hijau untuk melakukan serangan pesawat tak berawak terhadap
tersangka militan.
Otoritas
baru ini merupakan pergeseran dari kebijakan di era Presiden Barack Obama yang
membatasi kemampuan CIA untuk terlibat dalam kegiatan paramiliter.
Wall Street
Journal melaporkan, ini sebagai bagian dari rencana Trump untuk menghancurkan ISIS. Trump menggunakan
kekuatan rahasia pertama pada Februari 2017 untuk membunuh seorang pemimpin
senior al Qaeda di Suriah, Abu al-Khayr al-Masri, yang juga putra pemimpin Al-Qaeda
Osama Bin Laden.
Kematian Masri
diungkap ke publik tetapi tidak diketahui bahwa hal itu dilakukan oleh CIA.
Kewenangan yang diberikan kepada CIA sejauh ini hanya berlaku di Suriah, tetapi
kemungkinan besar akan segera berlaku juga di negara lain seperti Somalia,
Libya, Yaman, dan negara-negara lain.
Menurut
pejabat AS, Trump memberi CIA otoritas baru ini hanya sehari setelah dilantik,
sebelum Mike Pompeo dikonfirmasi sebagai direktur CIA. Militer juga akan mampu
melaksanakan misi tanpa persetujuan dari Pentagon dan Gedung Putih.
Christopher
Anders, wakil direktur American Civil Liberties Union (ACLU) Washington mengatakan, “Ada banyak masalah
dengan program pesawat tak berawak dan Program pembunuhan yang ditargetkan,
tetapi CIA harus keluar dari bisnis serangan mematikan ini,” katanya. Dia
menambahkan persetujuan Pentagon diperlukan untuk meningkatkan akuntabilitas
serangan.
Dia
menambahkan, “Ini tidak berarti CIA tidak bisa memiliki peran dalam membantu
dalam penggunaan kekuatan untuk melawan target, tetapi keputusan tentang apakah mereka menyerang
atau tidak harus datang melalui rantai komando militer. CIA harus menjadi
intelijen asing yang mengumpulkan dan menganalisa, bukan lembaga paramiliter.”
Obama
menganjurkan pada Departemen Pertahanan untuk melakukan serangan drone pada
tahun 2013, di tengah tekanan dari ACLU dan kelompok hak asasi manusia lain.
0 comments:
Post a Comment