Pesawat
terbang R80 buatan PT Regio Aviasi
Industri (RAI) ditargetkan bisa mengudara pada 2019 atau dua tahun lagi. Tahun
ini diharapkan desain rinci akan selesai termasuk menentukan pengintegrasian
semua sistem, dan penentuan mesin apa yang akan digunakan.
R80 telah melewati uji terowongan angin di
Puspiptek LIPI, di Serpong, Banten tahun 2016 lalu. Dewan Komisaris PT RAI,
Ilham Habibie beberapa waktu lalu yang
membangun RAI mengatakan R80 memiliki sejumlah keunggulan pesawat rancangan
Habibie itu ketimbang pesaing terdekatnya, seri ATR-72 dari ATR Italia-Prancis.
Di antaranya adalah kelas yang berbeda, desain lebih maju, dan lebih efisien
untuk dioperasikan.
Sisi
aerodinamika lebih baik dan memakai teknologi fly by wire. Walau pada awalnya
lebih mahal, namun setelah itu bisa menjadi lebih murah.
Untuk
mesin PT RAI masih menimbang-nimbang
apakah akan memakai Pratt&Whitney PW-150 atau Rolls Royce AE-2100.
Walau belum
menggelinding dari hanggar produksi PT RAI yang dinyatakan akan dibangun di
Kertapati, Majalengka, Jawa Barat, namun
145 pesawat sudah dalam pesanan. Jumlah itu menurut Habibie adalah 100 untuk NAM Air, 25 untuk Kalstar Asia, dan
20 untuk Trigana Air.
R80 akan
menjadi pesawat dengan balutan teknologi tinggi. Dikembangkan oleh PT Ragio
Aviasi Industri (RAI), perusahaan perancang pesawat terbang komersil milik
Habibie.Diharapkan kelahiran R80 mampu mengangkat pamor industri dirgantara
nusantara, setelah tenggelam hampir 17 tahun lebih. Benarkah pesawat ini begitu
hebat? Mari kita lihat fakta-faktanya
Kapasitas
Besar
Sebagai
pesawat yang didasarkan pada N250 pesawat ini mengalami sejumlah perubahan.
Salah satunya badan pesawat yang dibuat lebih besar tetapi tetap ringan. Jika
N250 hanya berkapasitas 50-60 kursi, maka R80 akan berkapasitas 80-90.
Lebih
Efisien Dibanding Boeing dan Airbus
Pesawat ini
juga menawarkan biaya penerbangan yang efisien dan murah serta pemeliharaan
yang rendah. Dengan mesin baling-baling (turboprop) pesawat ini akan hebat
bahan bakar.
Pesawat ini
juga dapat dikendalikan secara elektronik atau dikenal istilah fly by wire. R80
memiliki perbandingan antara angin yang dingin dihasilkan dari udara di body
pesawat dengan angin yang dikeluarkan pada engine di belakang pesawat lebih
tinggi (Bypass ratio) sebesar 40. Airbus atau Boeing memiliki bypass rationya
12, makin tinggi bypass ratio makin sedikit konsumsi bahan bakar dan lebih
cepa. Bahkan pesawat R80 ini diyakini akan lebih hemat bahan bakar hingga 30%.
Baling-Baling
Baru
Baling-baling
yang ada di sayap juga termasuk teknologi baru, karena dapat menentukan antara
angin dingin dan angin panas yang dihasilkan dari mesin. Dengan teknologi ini
pesawat dapat melaju dengan kecepatan tinggi.
Landasan
Pendek
Didesain
untuk rute pendek dengan jarak tempuh kurang dari 600 km dan mampu diakomodasi
oleh bandara dengan landasan pendek. Sangat cocok untuk negara kepulauan
seperti Indonesia. Diharapkan R-80 ke depan bisa menghubungkan pulau-pulau
terpencil.
0 comments:
Post a Comment