Saturday 11 February 2017

Titik Simpel ini Menjadikan T-50 Tidak Akan Mampu Melawan F-22


Tidak ada yang salah, bahkan sangat tepat jika membandingkan F-22 Raptor dan T-50 PAK FA. Mereka adalah dua pesawat tempur sekelas dari dua kutub yang selalu memiliki hubungan tidak sehat.  F-22 Raptor adalah jet tempur siluman yang telah beroperasi di Angkatan Udara Amerika, sedangkan T-50 dikabarkan segera masuk produksi untuk digunakan Angkatan Udara Rusia.

Jika kedua jet tempur ini bertemu di udara dalam sebuah pertarungan satu lawan satu, maka dipastikan akan menjadi adu tanding dua puncak teknologi pesawat tempur. Mereka memiliki berbagai kelebihan untuk mengekplorasi kelemahan lawan dengan satu tujuan, membunuh musuh secepatnya.

Lantas bagaimana peluang jika keduanya benar-benar melakukan pertarungan head to head di udara? Ada beberapa hal yang mungkin harus dipisahkan dalam karakter pertempuran keduanya.

Pertempuran Jarak Visual

Teknologi rudal telah lama menjanjikan pertempuran udara bisa dilakukan dari jarak 100 atau bahkan 200 km. Hal ini menjadikan scenario pertempuran jarak pendek atau dalam jangkauan visual atau juga kerap disebut sebagai dogfight sudah bukan eranya lagi.

Tetapi kita tidak boleh lupa, bahwa kedua pesawat ini memiliki karakter siluman yang menjadikan upaya untuk mendeteksi dari jarak jauh juga bukan perkara mudah. Akhirnya, mereka baru akan saling mencium ketika jarak sudah dekat. Dengan peluang keduanya untuk masuk arena dogfight pun sangat terbuka.

Mari kita  mengakui bahwa F-22 dan T-50 berbagi banyak karakteristik yang sangat baik. Keduanya dapat  dapat supercruise atau terbang pada kecepatan supersonik tanpa menggunakan afterburner. Hanya dalam kecepatan Raptor bisa terbang maksimal pada 1,8 Mach sementara PAK FA pada 1,6 Mach. Keduanya dapat beroperasi sampai ketinggian 65.000 kaki atau lebih tinggi dibandingkan F-35 Lightning II.

Jadi apa  yang akan terjadi jika kemudian mereka dipaksa untuk dogfight? F-22 Raptor adalah pesawat tempur paling bermanuver yang pernah dibangun Amerika. Tetapi ingat,  PAK FA lebih bermanuver.


PAK FA menggunakan thrust-vector jet tiga dimensi  yang secara harfiah nozel mesin dapat digerakkan secara independen ke arah manapun untuk membantu melakukan manuver. Teknologi ini akan membantu dalam frambusia serta mengubah pitch, dan kemampuan maneuver sudut yang sangat tinggi, ketika hidung pesawat yang menunjuk arah yang berbeda dari vektor dari pesawat.

Raptor menggunakan thrust-vector  dua dimensi yang hanya bisa bergerak naik dan turun seacara serempak. Kemampuan Raptor ini memang masih bisa dikatakan mengagumkan, tetapi tidak akan selincah PAK FA.

Apa kemampuan manuver akan sangat menentukan dalam pertempuran jarak pendek? Jelas, karena maneuver akan membantu pesawat menghindari rudal dan mengambil posisi tembak leih cepat.

Namun ada kelemahan dari manuver ekstrem, yakni pesawat akan secara cepat terkuras energinya. Doktrin Amerika Serikat selalu menyukai kekuatan energy hingga titik terakhir. Dan F-22 akan bisa menghemat energy lebih baik dibandingkan T-50.

Bagaimana dengan senjata?  Meskipun F-22 memiliki radar cross section sangat kecil, tetapi dalam petempuran jarka pendek, pesawat siluman masih rentan dengan peluru kendali inframerah. Dan kedua pesawat membawa senjata ini.

Pesawat Rusia memiliki rudal jarak pendek pencari panas yang sangat menakutkan yakni R-73  yang dapat ditargetkan melalui helmet-mounted sights. Pilot cukup melihat  pesawat musuh untuk menembaknya tanpa harus menunjukkan senjata itu langsung ke arah pesawat.

Namun, Amerika Serikat  pada 2004  mengerahkan senjata yang setara dengan R-73 yakni AIM-9X. F-22 akhirnya direncanakan untuk memiliki kemampuan  menggunakan AIM-9X pada 2017 dengan kemampuan helmet-mounted sights pada 2020. Pada saat PAK  masuk operasional, kedua pesawat akan memiliki kemampuan yang kira-kira setara dalam hal rudal jarak pendek.

Tetapi kesimpulannya PAK FA memiliki sedikit keunggulan ketika melakukan dogifight karena kemampuan maneuver tinggi, dengan catatan dia bisa membunuh cepat Raptor hingga energinya tidak segera terkuras.

Pertempuran Luar Visual

F-22 adalah pesawat tempur yang sangat siluman dengan radar  cross-section hanya 0,0001 meter. PAK-FA adalah pesawat siluman dengan penampang 0,1 meter dari depan. Ini mungkin tidak akan menjadi batasan  yang luar biasa bagi PAK-FA yang akan mengandalkan kemampuan radarnya serta tidak menjamin PAK FA lebih mudah terdeteksi dibandingkan F-22.

Dalam kemampuan pertempuran luar visual lainnya, dua desain bisa disebut berimbang. F-22 dan PAK-FA keduanya menggunakan radar Active Electronically Scanned Array, setelah radar AESA N036 Byelka akan selesai dikembangkan.

Radar AESA yang stealthier, lebih tahan terhadap jamming. F-22 dan PAK FA akan dapat mendeteksi satu sama lain dalam jarak 50 km, meski ini juga masih menjadi perdebatan.

T-50  membanggakan sistem Infra-Red Search and Track (IRST)  dengan jangkauan deteksi maksimal 50 km. F-22 saat ini belum memiliki IRST dan dijadwalkan baru akan menerima pada tahun 2020, yang berarti ketika PAK FA masuk layanan penuh keduanya akan imbang dalam kemampuan IRST.

Namun, hal yang  juga harus diingat nozel mesin F-22 dirancang untuk mengurangi semburan panas hingga  mengurangi jangkauan deteksi, sedangkan mesin  PAK-FA tidak tersembunyi. Jadi, menjadi kurang jelas lagi siapa yang akan bisa mendeteksi lebih dahulu meski PAK FA menggunakan IRST sementara F-22 belum.

Selain itu  IRST tidak bisa digunakan untuk menargetkan penembakan. Dia hanya akan memberi gambaran umum di mana pesawat lawan berada.

T-50 juga memiliki radar L-Band  di sayap yang secara secara teoritis akan efektif dalam menentukan posisi pesawat siluman. Namun, jangkauan mereka cukup terbatas dan mereka tidak cukup tepat untuk mengunci senjata. Berbeda dengan IRST, radar ini  memiliki kelemahan karena akan membuat T-50 segera terdeteksi ketika radar diaktifkan.

Jika Angkatan Udara Amerika melakukan latihan dengan  mengadu Raptor melawan jet tempur F-15 dan F-16 rudal jarak jauh akan mampu menghancurkan pesawat generasi keempat yang hanya memiliki waktu sempit  untuk mendeteksi dan menembak Raptor. Tapi F-22 dan T-50 adalah sama-sama pesawat generasi kelima di mana kisaran  maksimum akan jauh lebih pendek

Kedua pesawat membawa jarak jauh rudal radar yang sebanding dalam hal efektivitas membunuh. Rusia memiliki rudal mutakhir K-77M  yang dilaporkan mampu menembak lawan dari jarak 200 km, sementara Amerika Serikat memiliki rudal AIM-120D Scorpion dengan radius 160 km.

Rentang  K-77M memang lebih jauh, tetapi kembali harus diingat, bahwa kemungkinan keduanya baru akan saling mendeteksi pada jarak 50 km.  Rudal dengan mesin ramjet seperti Meteor dan PL-15, sudah mulai diterjunkan, tetapi tidak jelas apakah PAK FA dan Raptor akan membawa rudal jenis ini.

F-22 dapat membawa enam AIM-120  di teluk internal, sedangkan PAK-FA terbatas  empat. Hal ini memberikan keunggulan sepit ketika bentrokan udara di masa depan cenderung akan membutuhkan lebih banyak rudal karena kemampuan menghindar lawan, dan kemungkinan lebih dari satu akan diluncurkan untuk memastikan bisa membunuh lawan.

Banyak ahli yang skeptis bahwa PAK FA membanggakan avionik generasi kelima dan teknologi jaringan yang digunakan seperti pada jet tempur terbaru Amerika. Menariknya, jaringan dengan radar AESA band rendah  cukup kuat, seperti yang ada pada pesawat E-2D AWACS yang memungkinkan rudal dipandu radar untuk menargetkan pesawat siluman. Namun, datalink F-22 juga usang dan baru-baru ini saja dijadwalkan untuk upgrade.

Secara operasional, F-22 akan bekerja dalam arena dengan jaringan sensor peperangan elektronik yang luas, baik di laut maupun di udara. Bahkan ada pembicaraan tentang menggunakan jet tempur stealth untuk isyarat target potensial untuk ditembak dengan super rudal jarak jauh yang diluncurkan dari pesawat arsenal B-52.

Sebaliknya, analis Rusia bersikeras bahwa sistem radar bandwith rendah berbasis darat dan rudal permukaan ke udara jarak jauh seperti S-400 adalah solusi meyakinkan untuk melawan pesawat tempur siluman. Ini akan membuat T-50 beroperasi lebih dekat ke basis darat yang memang sangat mungkin dengan postur keamanan Rusia.

Kesimpulannya dalam pertarungan jarak jauh di luar visual keunggulan ada pada F-22. Sejarah menunjukkan bahwa siapa yang melihat pertama akan memegang peluang lebih besar dan kemampuan F-22 yang lebih siluman tampaknya lebih mungkin untuk melakukannya.

Kinerja Industri

Mungkin aneh memasukkan unsur ini untuk membandingkan pertempuran dua siluman ini. Tetapi faktanya memang tidak bisa dipingkiri.

Alasannya sangat sederhana.  PAK-FA hanya akan membuktikan menjadi lawan yang signifikan terhadap F-22 jika diproduksi dalam jumlah yang memadahi. Jumlah F-22 yang hanya 178 memang bukan angka yang besar, tetapi dengan rencana Rusia hanya akan membangun 12 T-50 pada 2020 jelas akan menjadikan jumlah yang tetap jomplang.

Dalam jumlah sedikit  T-50 tidak akan cukup untuk secara radikal menantang F-22, bahkan mungkin F-35. Lalu mengapa jumlah pembelian PAK FA dipangkas sedemikian radikal?  Itu membuktikan sangat sulit untuk memenuhi semua spesifikasi desain, terutama mesin. Biaya pengembangan terus meningkat, sementara ekonomi Rusia telah berada dalam resesi selama beberapa tahun terakhir.

Hal ini memunculkan  peringatan penting lain mengenai T-50 yakni banyak kemampuan yang direncanakan untuk disematkan di pesawat ini menjadi belum bisa terealiasi.  Radar AESA  masih menjalani pengujian. Pesawat saat ini masing menggunakan mesin  turbofan AL-41F1 yang digunakan pada Su-35, sementara mesin baru Izdeliye 30 harus dirancang dan ini membutuhkan waktu tidak pendek sampai benar-benar terbukti bisa digunakan.

Singkatnya, PAK FA masih dalam sebuah pengembangan dengan hasil akhir masih dalam kisaran kira-kira atau belum jelas. Sementara F-22 adalah pesawat yang sudah mapan hingga tinggal terus melakukan pengembangan dan upgrade kemampuan.

Meskipun demikian, kebijakan pertahanan dan ekonomi Rusia mungkin berubah di masa depan dan pesanan tambahan kemungkinan akan datang. Sulit untuk membayangkan proyek mahal dan canggih ini hanya akan berakhir dengan 12 pesawat yang diproduksi.

Tetapi untuk saat ini  bukti-bukti menunjukkan bahwa hanya sejumlah kecil PAK FA akan memasuki layanan Rusia dan itu sangat sedikit untuk bisa membangun keseimbangan kekuatan dalam waktu dekat. Inilah titik utama yang bisa menjadikan T-50 akan tidak mampu melawan F-22.


1 comment:

  1. Bismillah, mungkin impian memiliki F.22 atau PAK-FA hanya sekedar angan angan,yang terpenting buat TNI cuma perlu tambahan radar 32 titik pengamanan,serta ditambah jenis kapal cn.235 MPA dan n.259/dengan spesifikasi adalah bahwa Indonesia butuh airborne surveillance system, Saab, manufaktur perangkat pertahanan dari Swedia, menawarkan penawaran sistem pengamatan udara Erieye AEW&C (Airborne Early Warning & Control) dengan basis active phased-array pulse-Doppler radar. Dalam penawarannya, Saab menyebut radar ini dapat dipasang jenis pesawat militer dan sipil. Adopsi Erieyejuga dapat diterapkan pada pesawat bermesin jet dan turbo propoller.radar Terahertz china vera Ng Poland,mungkin AESA yang bisa kita rakit dan diadaopsi kedalam tubuh truk HINO atau Mercedez,atau truk Isuzu karoseri dalam negeri.

    ReplyDelete