Friday, 30 December 2016

Alvis Stormer HVM: Kasta Tertinggi Peluncur Rudal Hanud Starstreak


Indonesia punya ranpur (kendaraan tempur) Alvis Stormer, dan juga punya rudal MANPADS (Man Portable Air Defence System) HVM Starstreak, dan bila di padukan maka jadilah sosok Self Propelled Stormer HVM (High Velocity Missile), kasta tertinggi dari keluarga APC (Armored Personnel Carrier). Meski varian Stormer HVM tak dimiliki Indonesia, namun kombinasi sistem senjata ini cukup menarik disimak, terlebih konsep gelaran self propelled rudal hanud dengan ranpur roda rantai (tracked vehicle) belum pernah hadir di etalase alutsista TNI.

Merujuk sistem rudal Startstreak, rudal ini lahir dari kompetisi ketat antara Thunderbolt MANPADS buatan BAe Systems dengan Starstreak yang diusung oleh Short tahun 1984. Keunggulan Starstreak bukan hanya terletak pada soal kecepatan yang spektakuker (Mach 3.5), metode penyergapan rudal ini pun terbilang unik. Starstreak dikemas dalam tabung tersegel yang bebas perawatan sepanjang umur pakainya (maintenance free). Artinya, rudal tidak perlu diinspeksi secara berkala, cukup disimpan sesuai petunjuk pabrikan hingga tanggal kadaluwasa, dalam hal ini masa pakai Starstreak hingga 15 tahun.

Tabung peluncur terisi rudal yang terintegrasi dengan unit pembidik yang dilengkapi stabilizer otomatis. Sementara juru tembak membidik target, aiming unit secara simultan mangalkulasi trayaktori target agar diperoleh jalur lintasan yang paling tepat untuk mengarahkan rudal menuju sasaran. Berkat akselerasi yang tinggi, kecepatan supersonic tersebut dapat dicapai hanya dalam jarak 4000-an meter dari posisi juru tembak.


Segera setelah motor roket utama membakar habis semua propelannya, maka tiga anak panah (dart) akan melesat dari bagian depan rudal. Ketiganya melesat menuju target dalam formasi melingkar dengan diameter sekitar 1,5 meter. Setiap dart (oleh pabriknya disebut hittiles) punya panjang 396 mm, diameter 22 mm, dan beratnya 900 gram. Masing-masing hittiles terdiri dari dua bagian. Bagian depan terdapat dua canard yang berotasi saat melesat. Bagian ini tersambung dengan bagian belakang yang tak berputar yang memiliki empat sirip. Di bagian belakang inilah terdapat perangkat elektronik yang berperan memandu rudal.

Sementara tentang ranpur Stormer HVM, ditempatkan kubah peluncur pada bagian belakang. Dalam satu kubah terdiri dari delapan peluncur Starstreak, serta membawa bekal 12 rudal cadangan. Dalam satu gelaran tempur, konfigurasi peluncur dan dukungan supply ini menjadi sajian yang lethal, terutama jika dibandingkan peluncur Starstreak yang menggunakan platform rantis jip Land Rover Defencer 4×4 LML (Lightweight Multiple Launcher), platform yang digunakan Arhanud TNI AD.


Dalam kesatuan sistem, Stormer HVM dapat beroperasi mandiri, ini artinya dalam ranpur sudah dilengkapi perangkat sensor pendeteksi sasaran. Teknologi yang diusung adalah Air Defence Alerting Device (ADAD) yang disematkan pada bagian depan kendaraan. ADAP mencakup pembidik berbasis thermal dan optical. ADAP di Stormer HVM berjalan di sistem STAIRS C besutan Thales. Meski disebut bisa beroperasi mandiri, dalam gelar operasinya sistem Stormer HVM Inggris diintegrasikan dengan radar intai CONTROL Master 200.

Stormer HVM Starstreak mulai masuk kedinasan AD Inggris pada tahun 1997, sayangnya Stormer HVM tidak laris dipasaran, di luar Inggris hanya Oman yang memakai sistem arhanud ini.


Debut Stormer HVM pernah dilibatkan Inggris saat Perang Teluk. Meski rudal Starstreak masih digunakan sampai saat ini, namun sistem Stormer HVM tak lagi dioperasikan sejak tahun 2009.

Pada tahun 1999 dilakukan uji tembak Starstreak, target pengujian bukanlah drone, melainkan ranpur lapis baja FV432 APC. Karena dilepaskan ke sasaran permukaan sehingga trayektori rudal cenderung datar, kecepatan lesatnya pun melebihi spesifikasi standar, yakni 1.200 meter per detik dan terbukti mampu menjebol lapisan baja ranpur tersebut. Karena kecepatannya, Starstreak diklaim mampu menguber target yang bermanuverlincah hingga 9G sekalipun.

Spesifikasi Stormer HVM :
-Entered service: 1997
-Crew: 3 men
-Weight: 13,5 ton
-Length: 5,6 meter
-Width: 2,8 meter
-Height: 3,4 meter
-Missile length: 1,39 meter
-Missile diameter: 0,27 meter
-Missile weight: 20 kg
-Warhead weight: 3 x 0.9 kg
-Missile speed: Mach 3.5
-Range of fire: up to 5.5 km
-Guidance system: Laser Mobility
-Engine: Perkins T6 3544 diesel
-Engine power: 250 hp
-Maximum road speed: 80 km/h
-Range: 600 km Maneuverability
-Gradient: 60%
-Side slope: 30%
-Vertical step: 0,6 meter
-Trench: 2 meter
-Fording: 1,1 meter

0 comments:

Post a Comment