Berbagai
pihak yang berkonflik di Suriah kemarin menyepakati gencatan senjata yang
dimediasi Rusia dan Turki. Militer Suriah menyatakan akan menghentikan seluruh
operasi militer sejak kemarin malam. Kubu oposisi
yang diwakili Koalisi Nasional juga mendukung kesepakatan tersebut.
”Jenderal
Militer Suriah mengumumkan penghentian seluruh serangan di wilayah Suriah sejak
pukul 00.00 tepat pada 30 Desember,” demikian pernyataan militer Suriah.
Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan kesepakatan gencatan
senjata telah ditandatangani kelompok oposisi bersenjata dan rezim Suriah. Kelompok
Koalisi Nasional, entitas politik berbasis di Turki, juga membenarkan gencatan
senjata tersebut. ”Koalisi Nasional mendukung kesepakatan dan menyarankan semua
pihak untuk mematuhinya,” kata juru bicara Koalisi Nasional Ahmed Ramadan
kepada AFP. Dia mengatakan, kelompok bersenjata yang ikut dalam kesepakatan itu
adalah Ahrar al-Sham dan Army of Islam.
Sebelumnya
kantor berita Turki, Anadolu, melaporkan rencana gencatan senjata telah dikirim
ke berbagai pihak yang bertikai di Suriah. Tentara Pembebasan Suriah (FSA) dan
beberapa kelompok gerilyawan anti-Presiden Bashar al-Assad lainnya telah
menerima draf kesepakatan tersebut.
”Kita
menerapkan kesepakatan gencatan senjata sebelum Tahun Baru2017,” kata Menteri
Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dalam wawancara dengan stasiun televisi A
Haber dilansir AFP. Kabar itu setelah sehari sebelumnya Turki-Rusia mencapai
kesepakatan mengenai gencatan senjata.
Namun,
banyak pihak yang berkonflik di Suriah belum memberikan konfirmasi mengenai
gencatan senjata tersebut. Jika kesepakatan gencatan senjata sukses, menurut
Cavusoglu, negosiasi politik antara Presiden Bashar al- Assad dan oposisiakan
dilaksanakan di ibu kota Astana, Kazakstan.
Dia
bersikeras perundingan Astana hanya dimediasi Turki dan Rusia, bukan sebagai
perundingan tandingan yang dimediasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang
biasanya dilaksanakan di Jenewa dalam beberapa tahun terakhir. ”Ini (negosiasi
politik) bukan perundingan alternatif Jenewa. Ini hanya langkah tambahan,” kata
Cavusoglu.
”Perundingan
di Astana akan di bawah pengawasan kita,” ujarnya. Dia menambahkan, kelompok
yang ikut ambil bagian dalam perundingan itu masih didiskusikan. Cavusoglu juga
menjelaskan Ankara dan Moskow masih melanjutkan upaya intensif untuk mengamankan
gencatan senjata. Rusia akan bertindak sebagai”penjamin” rezim Assad dan Turki
akan menjalankan peran yang sama yakni penjamin dari kelompok gerilyawan anti-
Assad.
Iran belum
ada kabar apakah akan dijadikan penjamin atau tidak dalam perundingan tersebut.
Kata Cavusoglu, Ankara ingin seluruh kelompok pejuang asing di Suriah termasuk Hizbullah harus meninggalkan negara itu. ”Seluruh pejuang asing harus
meninggalkan Suriah. Hizbullah harus kembali ke Libanon,” pintanya. Tuntutan
agar Hizbullah meninggalkan Suriah sepertinya tidak akan diterima Iran sebagai
pendukung utama Assad.
Pasukan
Hizbullah telah berperang bersama pasukan Pemerintah Suriah melawan gerilyawan
anti-Assad. Meskipun Moskow-Ankara berseberangan pandangan dan sikap di perang
sipil Suriah di mana Rusia tetap mendukung Assad dan Turki memintanya untuk
mundur. Tetapi, mereka mulai menjalin hubungan lebih erat dalam isu Suriah
sejak beberapa bulan lalu.
Hubungan
antara Ankara dan Moskow kembali normal pada Juni lalu. Padahal, hubungan dua
negara sempat memanas saat pesawat Rusia ditembak jatuh di perbatasan Suriah
pada November 2015. Kemesraan Turki-Rusia sebenarnya buah kekecewaan diplomasi
Ankara dengan Eropa dan Amerika Serikat (AS) yang tidak memberikan buah yang
manis.
Presiden
Turki Recep Tayyip Erdogan bahkan menuding AS mendukung organisasi teroris di
Suriah. Ankara relatif diam ketika pasukan militer Suriah didukung Rusia
berhasil menguasai Aleppo. Itu menjadi kekalahan terbesar bagi gerilyawan
anti-Assad dalam perang sipil sejauh ini. ”Itu di luar pertanyaan bagi Turki
untuk menggelar perundingan denganAssad,” kata Cavusoglu.
Sumber resmi
yang enggan disebutkan namanya mengatakan kepada Anadolu bahwa ”organisasi
teroris” tidak akan diikutsertakan dalam kesepakatan. Kelompok Negara Islam
Irak dan Suriah dan Jabhat Fateh al-Sham atau Front al-Nusra dipastikan tidak
ikut dalam perundingan.
0 comments:
Post a Comment