Tuesday, 27 December 2016

Kim Jong-un: 2017 Tahun Yang Tepat Untuk Bereskan Senjata Nuklir


Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-Un berencana menuntaskan pengembangan senjata nuklir negaranya pada 2017. Tahun depan dianggap waktu yang tepat karena memanfaatkan keuntungan kelengahan Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) yang disibukkan transisi kepemimpinan.

Rencana Kim Jong-un itu diungkap pembelot top Korut, Thae Yong-Ho, pada hari Selasa. Dia adalah wakil duta besar Korut untuk Inggris yang memilih membelot ke Korea Selatan pada bulan Agustus lalu.

Dalam konferensi pers pertamanya sejak melarikan diri, Thae mengungkap bahwa Kim telah mengeluarkan instruksi saat kongres partai berkuasa pada bulan Mei. Kim memerintahkan pengembangan senjata nuklir dituntaskan pada akhir tahun depan.

”Dengan Korea Selatan yang mengadakan pemilihan presiden dan AS yang mengalami transisi pemerintahan, Korut melihat 2017 sebagai waktu utama untuk pengembangan nuklir,” kata Thae kepada wartawan.

”Itu berdasarkan perhitungan bahwa AS dan Korea Selatan tidak akan dapat mengambil langkah-langkah fisik militer karena mereka terikat dengan politik dalam negeri,” ujar Thae.

Korut sudah dua kali menguji coba senjata nuklirnya pada 2016. Pada tahun ini pula, rezim Kim Jong-un sudah menguji beberapa rudal balistik dengan tujuan utama mampu menembakkan hulu ledak nuklir ke daratan AS.

Thae mengatakan, Kim Jong-un tidak akan pernah menjadikan senjata nuklir Korut sebagai alat tawar-menawar dalam negosiasi. Menurutnya, diktator muda itu tidak peduli seberapa besar insentif keuangan yang akan ditawarkan untuk ditukar dengan senjata nuklirnya.

Tujuan utama Kim Jong-un, ujar dia, adalah membuka dialog baru dengan AS dengan berposisi sebagai negara berkekuatan nuklir. Washington sendiri telah berulang kali bersumpah bahwa tidak pernah akan menerima Korut sebagai negara nuklir.

Kendati demikian, Thae mengaku tidak tahu seberapa banyak kemajuan dari pengembangan senjata nuklir Korut. Sebab, informasi tentang senjata nuklir tidak diberikan kepada para diplomat. ”Bahkan menteri luar negeri pun tidak tahu,” ujarnya, seperti dikutip AFP, Rabu (28/12/2016).

Sebelum melarikan diri ke Korsel bersama istri dan dua anaknya, Thae tinggal di London. Pembelotan itu membuatnya dijuluki sebagai salah satu diplomat tinggi yang cacat.

Media pemerintah Korut mengecam dia sebagai ”manusia sampah”. Dia juga dituduh menggelapkan uang negara, memperkosa anak di bawah umur dan jadi mata-mata untuk Korea Selatan dengan imbalan uang.

0 comments:

Post a Comment