Panglima TNI
Jenderal Gatot Nurmantyo berbicara di hadapan Alumni Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM). Dalam kesempatan itu, Gatot memaparkan sejumlah hal yang
berpotensi akan mengancam negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pertama
Gatot menyinggung masalah Pangkalan Marinir Amerika Serikat (AS), di Darwin,
Australia. Gatot menjelaskan, pembangunan Pangkalan itu diakibatkan pembangunan
besar-besaran yang dilakukan China di Laut Cina Selatan (LCS). Terkait hal
ini, AS dianggap tidak tinggal diam untuk mempertebal pengaruhnya di kawasan
Asia Pasifik.
"Presiden
AS Barack Obama saat singgah di Bali pada bulan November 2011 lalu telah
menyatakan bahwa Amerika akan meningkatkan operasional militernya secara
drastis di bagian barat dan utara benua Australia, serta menjadikan Darwin
sebagai Pangkalan militer utama," tutur Gatot dalam ceramah umumnya, di
Auditorium Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Rabu (27/12/2016).
Kemudian
kata Gatot, eskalasi ketegangan di LCS meningkat drastis pada awal Mei 2014,
ketika kilang minyak China, His Yang Shi You (HYSY 981) memulai pengeboran
minyak yang masih masuk wilayah zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan landas
kontinental Vietnam.
Menurutnya,
klaim China atas seluruh wilayah LCS sebenarnya telah dilakukan bersama dengan
negara-negara yang merasa memiliki sebagian dari LCS seperti Taiwan, Vietnam,
Filipina, Malaysia, dan Brunei Darussalam ke meja perundingan PBB.
"Inilah
alarm peringatan munculnya ancaman terhadap kedamaian dan stabilitas kawasan
ini," ungkapnya.
Gatot
melanjutkan, keberadaan Five Power Defence Arrangament (FPDA) atau perjanjian
negara-negara persemakmuran Inggris juga tidak boleh luput menjadi perhatian
Indonesia. Menurutnya,
posisi FPDA di mana sebelah utara ada Malaysia dan Singapura, sedangkan di
bagian selatan terdapat Australia dan Selandia Baru.
Menurut
Gatot, setidaknya tiga dari empat negara tersebut pernah memiliki sejarah
hubungan bilateral yang kurang harmonis dengan Indonesia seperti Malaysia,
Singapura, dan Australia.
0 comments:
Post a Comment