Pemerintah
fokus mengembangkan industri komponen dan perawatan pesawat terbang tahun
depan, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2015 tentang Rencana
Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) yang menetapkan industri alat
transportasi merupakan salah satu industri andalan.
“Fokus
pengembangan industri hingga tahun 2035, untuk sektor industri kedirgantaraan
adalah pengembangan pesawat, komponen pesawat dan perawatan pesawat,” ujar
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangan pers di Jakarta,
28/12/2016.
Airlangga
menyampaikan hal ini pada acara penyerahan kontrak pembelian pesawat terbang
CN235-220M MPA oleh Angkatan Udara Republik Senegal dan ferry flight pesawat
CN235-220 M MPA dari Bandung ke Senegal di PT Dirgantara Indonesia, Bandung,
Jawa Barat.
Untuk
mengembangkan tiga sektor tersebut, program pengembangan yang akan dilakukan
Pemerintah, diantaranya mengembangkan kebijakan penggunaan produk dalam negeri
dan kebijakan pengembangan kawasan industri.
Selain itu,
kebijakan pengembangan komponen pendukung, pengembangan SDM termasuk
pengembangan desain dan engineering serta kebijakan regulasi yang mendukung. Airlangga
mengatakan, Indonesia bangga memiliki PT Dirgantara Indonesia yang merupakan
satu-satunya industri pesawat terbang di Asia Tenggara.
“Sejak tahun
1976 hingga saat ini, lebih dari 180 pesawat terbang yang telah dibuat dan
diserahkan kepada pengguna. Pesawat-pesawat tersebut terdiri dari Pesawat CN-235, CN-295 dan NC-212,” sebutnya.
Menurut
Airlangga, di antara pesawat yang paling banyak diproduksi PT DI adalah pesawat
NC-212. Sedangkan dalam kurun waktu yang sama, PT.DI telah mengirim lebih dari
200 helikopter.
“Kami
berharap di tahun selanjutnya, PT. DI dapat meningkatkan jumlah produk pesawat
dan helikopter yang di delivery baik di dalam maupun luar negeri sekaligus
dapat meningkatkan diversifikasi produk sesuai dengan kebutuhan pasar,”
tuturnya.
Saat ini, PT
DI sedang mengembangkan pesawat N-219 dengan jumlah penumpang 19 orang yang
diharapkan mendukung konektivitas antar wilayah di Indonesia yang sebagian
besar terdiri dari kepulauan.
Pesawat N-219
merupakan pesawat perintis yang didesain sesuai dengan karakteristik wilayah
Indonesia, antara lain mampu mendarat di ketinggian tertentu, seperti di
wilayah Papua.
“Pemerintah
mengharapkan pesawat N-219 dapat terbang perdana pada tahun 2017 nanti,” kata
Airlangga.
Selanjutnya,
Pemerintah sedang merencanakan pengembangan jenis pesawat lain, yakni pesawat
N-245. Pesawat N-245 adalah pesawat propeller dengan jumlah penumpang sekitar 50
orang. Pesawat ini cocok sebagai penghubung kota-kota kecil di wilayah
Indonesia.
Dari sektor
industri pendukung, pada 2015, Kemenperin mengukuhkan Asosiasi Industri
Komponen pesawat Udara, Indonesia Aircraft and Component Manufacture Association
(INACOM) yang anggotanya terdiri dari berbagai industri di bidang metal, karet,
plastik, Polyurethane, serta lembaga riset, dan konsultan.
INACOM
diharapkan mampu mendukung penyediaan komponen untuk pesawat produksi dalam
negeri. Selain itu, INACOM juga diharapkan mampu menjadi bagian penting dalam
rantai pasokan global dalam industri pesawat di dunia.
Saat ini
INACOM turut serta dalam pengembangan beberapa komponen terutama pada program
pesawat N-219. Diharapkan, saat terbang perdana pesawat N-219 memiliki TKDN
sebesar 40 persen dan selanjutnya dapat ditingkatkan menjadi 60 persen pada
tahun 2019.
Di sektor
jasa perawatan, lanjut Airlangga, Kemenperin juga memfasilitasi berdirinya
Asosiasi Jasa Perbaikan dan Perawatan Pesawat (Maintenance, Repair dan Overhaul/MRO),
yaitu Indonesia Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA) yang saat ini
beranggotakan lebih dari 35 industri MRO.
Untuk
mendukung peningkatan kapasitas MRO sebagai usaha dalam penyerapan pasar dalam
negeri, saat ini telah diwacanakan beberapa pengembangan Aerospace Park di
Indonesia diantaranya di Jawa Barat dan Bintan.
“Kami
berharap kedua Asosiasi di bidang kedirgantaraan tersebut dapat menjadi bagian
penting dalam mendorong pengembangan industri kedirgantaraan nasional,”
tegasnya.
Sebagai
pelengkap dalam penguatan ekosistem di bidang industri kedirgantaraan,
baru-baru ini telah dikukuhkan Pusat Desain dan Engineering Pesawat Udara atau
Indonesia Aircraft Engineering Center (IAEC) di Pusat Teknologi Penerbangan
LAPAN.
IAEC
diharapkan mampu mengisi sektor desain dan engineering dalam pengembangan
pesawat maupun komponen sehingga dapat memperbaiki kualitas produk pesawat dan
komponen di masa depan.
0 comments:
Post a Comment