Setelah
Brexit, ini mungkin ironi yang menunjukkan bahwa Inggris tidak dapat hidup
tanpa Uni Eropa secara militer. Seperti halnya ketika Inggris memutuskan bahwa
pabrikan Jerman Heckler & Koch sebagai pabrikan yang ditunjuk untuk
memperbaiki desain senapan serbu mereka yang kemudian terwujud dalam L85A2 yang
jauh lebih baik dari SA80 versi awal, untuk penyempurnaan Main Battle Tank pun
pada akhirnya Inggris juga berpaling ke Jerman. Hancur sudah industri
pertahanan dalam negeri Inggris yang pernah berjaya selama tiga dekade mulai
1950an sampai 1980an.
Adalah
Rheinmetall yang ditunjuk UK MoD sebagai pemenang untuk program Armour (MBT)
2025 atau yang lebih populer dikenal sebagai Challenger 2 Life Extension
Programatau CR2 LEP. Kemenangan Rheinmetall-Thales UK ini dicapai setelah
mengalahkan banyak perusahaan lain seperti Lockheed Martin UK-Elbit Systems,
CMI Defense-Ricardo UK, RUAG Defence, dan British Aerospace Global Combat
System.
Program ini
bertujuan untuk memperpanjang umur MBT CR2 yang boleh dikata ‘unik’ karena
Inggris menjadi satu-satunya negara anggota NATO yang mengoperasikan tank yang
tidak kompatibel amunisinya dengan tank-tank NATO lain. CR2 masih menggunakan
laras 120mm berulir dengan amunisi yang dipisahkan antara propelan dengan
proyektilnya sementara tank-tank NATO menggunakan laras tanpa alur (smoothbore)
dan amunisi yang menyatu proyektil dengan propelannya.
CR2 sendiri
pada 1980an digadang-gadang sebagai tank yang paling kebal perlindungannya
berkat racikan Chobham Armor yang menggabungkan antara pelat baja dan material
komposit seperti keramik dan kevlar untuk menangkal serangan munisi kinetik
maupun HEAT. Belakangan terbukti bahwa CR2 tak ada bedanya dibandingkan dengan
tank lain, dan mampu dijebol oleh roket dengan hulu ledak ganda di Irak, bahkan
dari arah depan. Hal ini menyebabkan CR2 yang ditugaskan di Irak menerima paket
peningkatan proteksi dengan pemasangan kit ERA (Explosive Reactive Armor)
dengan desainasi Challenger 2 TES (Theatre Enhancement Standard) buatan
perusahaan Rafael Israel.
CR2 LEP
diharapkan mampu memperpanjang usia pakai Challenger 2 sampai dengan tahun 2035
dimana diharapkan pada tahun tersebut sudah tersedia alternatif teknologi baru
yang bisa diadopsi oleh AD Inggris. Sesuai dengan keterangan Ben Hudson, kepala
Divisi Rheinmetall Vehicle Systems, “Tim kami telah menyusun proposal inovatif
untuk mengatasi masalah Challenger 2 yang ketinggalan jaman, dan juga
meningkatkan kemampuannya secara efisien. Salah satunya adalah dengan
mengintegrasikan kanon 120mm L55 smoothbore
sama seperti yang digunakan AD Jerman yang dapat menembakkan munisi kinetik
atau munisi 120mm airburst kami yang unik.
”Selain
penggantian sistem senjata utama berikut sistem kendali penembakannya, sistem
optronik pun juga ditingkatkan kemampuannya. CR2 LEP akan menerima sistem optik
independen dan panoramik SEOSS (Stabilized Electro Optical Sighting System)
yang dilengkapi dengan kamera IR SAPHIR generasi ketiga, laser range finder,
dan kamera CCD. Sementara untuk juru tembak, sistemoptik TOGS-2 (Thermal
Observation & Gunnery Sight) buatan Pilkington Electronics (sekarang Thales
UK) tetap dipertahankan.
Kontrak yang
dimenangkan oleh Rheinmetall tersebut baru mencakup fase studi enjinering yang
mencakup pembuatan proposal dan konsep jadi yang keseluruhannya bernilai 22
juta Euro. Rheinmetall sendiri menempatkan satu timnya di Inggris untuk
mempelajari keseluruhan program upgrade atas Challenger 2.
Apabila
prosesnya lancar, peluang pun terbuka untuk mengupgrade total 227 unit CR2
senilai 772 juta Euro, cukup signifikan dan dapat memperpanjang lini produksi
Rheinmetall yang baru usai memodernisasi Leopard 2RI untuk TNI AD.
0 comments:
Post a Comment