Sunday, 5 February 2017

Makin Condong ke Tiongkok, Filipina Minta Bantuan Patroli Maritim


Upaya administrasi Trump untuk menghadang Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan semakin sulit dengan sikap Filipina yang pendulumnya makin bergerak jauh ke Timur.

Setelah pada bulan Oktober 2016 Presiden Rodrigo Duterte mengumumkan penghentian patroli bersama dengan AL AS di wilayah Filipina, minggu ini Duterte membuat pengumuman mengejutkan saat menghadiri pelantikan perwira militer Filipina. Dalam even tersebut, secara santai Duterte mengumumkan bahwa ia sudah minta tolong Tiongkok untuk mengirimkan kapal-kapalnya untuk berpatroli di wilayah laut di Selatan Filipina.

Secara kekuatan militer memang sudah diketahui bahwa Filipina tidak mampu memelihara kekuatan militer yang memadai, termasuk memelihara kapal perang yang dapat digunakan untuk berpatroli. Ditambah lemahnya kehadiran dan tidak efektifnya operasi militer di wilayah Selatan yang bergejolak, tidak mengherankan perairan di sekitar Mindanao menjadi wilayah yang tak bertuan dan dikuasai perompak dan kelompok pemberontak garis keras seperti Abu Sayyaf. Kasus penculikan menjadi hal yang jamak di wilayah tersebut, termasuk yang menimpa sejumlah pelaut asal Indonesia.

Yang jadi pertanyaan, dengan kerangka kerjasama seperti ASEAN yang secara historis memiliki ikatan yang kuat, kenapa Duterte begitu menggantungkan keamanan dalam negeri dan juga tugas pertahanan kepada negeri yang punya potensi konflik kewilayahan di Asia Tenggara?

Ajakan patroli bersama dari Indonesia dan Malaysia bukan sekali-dua kali dilayangkan, bahkan sudah sampai tatanan pembicaraan antar Menteri, termasuk sesudah terjadinya penyanderaan ABK pelaut asal Indonesia. Tetapi opsi tersebut tidak pernah dijajaki lebih jauh dan Filipina memutuskan untuk menempuh jalan paling pintas tanpa mempertimbangkan perasaan negara tetangganya.

Masuknya Tiongkok sendiri justru akan memperkeruh persoalan batas negara yang belum sepenuhnya tuntas dibicarakan pada level Bilateral.

Apabila Tiongkok sampai masuk ke wilayah Selatan Filipina, wilayah tersebut berbatasan langsung dengan wilayah Ambalat yang selama ini sudah berulangkali diprovokasi oleh Malaysia. Belum lagi upaya untuk membangun mercusuar dan provokasi laut lainnya di wilayah tersebut. Padahal dalam kondisi sekarang saja, kapal penjaga pantai Tiongkok sudah berulangkali bersinggungan dengan TNI AL di wilayah Natuna. Menambah potensi titik kontak kedua tidak akan membuat keadaan menjadi lebih baik.

Dengan sikap Duterte ini, maka terbuka juga kemungkinan bahwa Tiongkok tidak hanya sekedar mengirimkan kapal perangnya ke wilayah Asia Tenggara. Tiongkok bisa menjadikan Filipina sebagai wilayah basis untuk pangkalan operasi sehingga kapal-kapal Tiongkok bisa melakukan isi ulang perbekalan dan juga sandar untuk perbaikan, daripada pergi ke salah satu gugus karang yang mereka bangun di Laut Tiongkok Selatan.

Besar kemungkinan bahwa Tiongkok akan menyetujui permintaan Presiden Duterte, tentu dengan mengirimkan kapal-kapal penjaga pantainya yang siap didukung oleh PLAN. Yang harus dicatat, kapal-kapal penjaga pantai PLAN Tiongkok terdiri dari kapal-kapal kelas frigat berukuran besar, seperti CCG 2901 dan 3901 yang memiliki tonase di atas 10.000 ton.

Frigat type 053 yang pernah berhadapan dengan korvet Parchim TNI AL di Natuna saja memiliki tonase yang jauh melebihi mayoritas kapal perang Angkatan Laut Asia Tenggara.

0 comments:

Post a Comment