Sunday, 11 December 2016

Kisah Kapal Induk Chakri Naruebet


Sejak1990-an, Thailand merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memiliki salah satu simbol utama kekuatan militer yakni sebuah kapal induk. Kapal induk bernama HTMS Chakri Naruebet, dimaksudkan untuk menjadi kebanggaan bagi Thailand dan melambangkan kekuasaan negara berkembang. Tetapi akhir 1990-an krisis keuangan melanda Asia termasuk Thailand.

Rencana besar Bangkok untuk kapal induk secara utuh akhirnya tertatih-tatih. Ditugaskan pada tahun 1997, pada tahun yang sama krisis keuangan mulai melanda negara, Chakri Naruebet yang berarti “Penguasa Dinasti Chakri,” keluarga penguasa monarki Thailand lebih banyak duduk di pelabuhan karena kurangnya anggaran. Bahkan pesawat jet AV-8S Matador (Harrier) yang menyertai kapal induk telah ditarik dari layanan pada tahun 2006 sehingga kapal induk ini makin merana karena tak punya pesawat.


Thailand mendapatkan kapal induk dari Spanyol pada tahun 1992. Kapal itu ditugaskan lima tahun kemudian, pada tahun 1997. Kapal dengan panjang 182,6 meter ini mampu membawa sembilan Sea Harrier AV-8S jet dan enam helikopter SH-70B. Saat komisioning 10 Agustus 1997, hampir bersamaan Thailand mengalami keterbatasan anggaran. Chakri Naruebet dimasukkan ke port dan pada tahun 2006 sayap udaranya ditarik. Harrier memang sudah sangat tua karena setidaknya saat ini sudah berusia 30 tahun.

Bahkan ketika berlayar, kapal induk ini sudah kalah ukuran dengan kapal biasa yang berukuran besar milik China, India maupun Jepang. Apalagi jika dibandingkan dengan super carrier AS yang berukuran raksasa. Chakari Naruebet sampai saat ini tercatat sebagai kapal induk terkecil di dunia.


Chakri Naruebet dibangun untuk membawa 9 pesawat Harrier dan 14 helikopter, dengan awak 605 orang. Beberapa pesawat yang sudah tua, dan kapal induk dilaporkan juga tidak memiliki sistem pertahanan anti-pesawat yang berfungsi. Namun, dengan segala kekurangannya Chakri Naruebet telah terbukti berguna dalam misi kemanusiaan. Diplomat itu mencatat bahwa kapal induk ini digunakan setelah tsunami Samudra Hindia 2004 serta dalam operasi penyelamatan banjir di Thailand pada tahun 2010 dan 2011.

0 comments:

Post a Comment