Sunday, 19 February 2017

Penjualan Senjata Global Mencapai Level Tertinggi Sejak Akhir Perang Dingin


Penjualan senjata di seluruh dunia telah meningkat pada level tertinggi setelah Perang Dingin selama lima tahun terakhir. Timur Tengah dan Asia telah menjadi wilayah yang mendongkrak penjualan senjata tersebut.

Sebuah studi yang dikeluarkan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) pada Selasa 19 Februari 2017 menyebutkan antara 2012-2016, impor senjata dari segi volume oleh negara-negara di Asia dan Oceania menyumbang 43 persen dari impor global, angka ini naik 7,7 persen  dibandingkan periode 2007-2011.

“Transfer senjata utama dalam 2012-2016 mencapai volume tertinggi  untuk periode lima tahun sejak akhir Perang Dingin,”  kata lembaga independen tersebut dikutip Chanel News Asia.

Pangsa impor senjata di Asia dan Oceania naik sedikit  (44 persen) antara 2007 dan 2011. Semntara pangsa negara di Timur Tengah dan Teluk  melonjak dari 17 persen menjadi 29 persen, jauh di depan Eropa (11 persen yang turun tujuh poin), Amerika (8,6 persen, turun 2,4 poin  ) dan Afrika (8,1 persen, turun 1,3 poin).

“Selama lima tahun terakhir, sebagian besar negara di Timur Tengah telah berpaling terutama ke Amerika Serikat dan Eropa dalam mengejar akselerasi  kemampuan militer canggih mereka”, kata Pieter Wezeman, Peneliti Senior  Program Senjata dan Belanja Militer SIPRI.

“Meskipun harga minyak rendah, negara-negara di kawasan itu terus memesan lebih banyak senjata pada tahun 2016,  karena mereka melihat senjata  sebagai alat penting untuk menangani konflik dan ketegangan regional,” tambahnya.

Sipri mengatakan impor senjata di seluruh dunia dan ekspor selama lima tahun terakhir telah mencapai tingkat rekor sejak tahun 1950. Arab Saudi adalah pengimpor terbesar kedua senjata di dunia (sampai 212 persen), di belakang India.

Amerika Serikat tetap menjadi eksportir senjata terbesar dengan menguasai 33 persen pasar (naik 3 poin), menyusul Rusia (23 persen, turun 1 poin), China (6,2 persen, naik 2,4 poin) dan Prancis (6,0 persen, turun 0,9 poin) melewati Jerman (5,6 persen, turun 3,8 poin). Jumlah penjualan lima negara ini mencapai hampir 75 persen dari ekspor global senjata berat.

Prancis naik peringkat karena kontrak penting ditandatangani dengan Mesir, yang mengakuisisi kapal perang Mistral dan pesawat tempur Rafale.

Aude Fleurant, kepala program persenjataan di SIPRI, mengatakan kepada AFP bahwa  persaingan sengit antara produsen Eropa dengan Perancis, Jerman dan Inggris memimpin.

Amerika Serikat dan Perancis adalah penyedia senjata utama untuk Timur Tengah, sementara Rusia dan China adalah eksportir utama ke Asia.


0 comments:

Post a Comment