Menteri Luar
Negeri RI, Retno Marsudi mengungkapkan keprihatinannya atas proses investigasi
yang lambat dari PBB terkait tuduhan penyelundupan senjata yang dialami
personel FPU (Force Police Unit) asal Indonesia di Darfur.
Berbicara
dengan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, Menlu Retno mengingatkan
bahwa Indonesia memiliki komitmen sangat tinggi terhadap pasukan perdamaian PBB
dan merupakan salah satu kontributor pasukan terbesar. Oleh karena itu, hal-hal
seperti ini tidak seharusnya dialami oleh pasukan Indonesia.
“Pasukan
polisi Indonesia harus dapat segera dipulangkan, lebih lagi investigasi awal
tidak menunjukan adanya bukti mereka melakukan hal yang dituduhkan,” tegas
Menlu Retno pada pertemuan bilateral pertamanya dengan Guterres di Bonn,
Jerman, seperti keterangan tertulis dari Kementerian Luar Negeri RI, Sabtu 18
Februari 2017.
Menanggapi
hal ini, Guterres mengakui bahwa kontingen FPU Indonesia memiliki reputasi yang
sangat baik dan menyampaikan bahwa proses investigasi masih terus dilakukan.
Namun demikian, Guterres menyampaikan bahwa kehadiran personel FPU asal Indonesia tidak lagi
dibutuhkan di Darfur sehingga mereka bisa kembali ke Indonesia.
Setelah
melakukan pertemuan dengan Guterres, Menlu Retno berkomunikasi melalui telepon dengan Menlu Sudan,
menyampaikan bahwa PBB telah menyetujui personel FPU asal Indonesia untuk
kembali ke tanah air. Ia meminta dukungan Menlu Sudan untuk membantu proses
pemulangan FPU asal Indonesia.
“Alhamdulillah,
FPU asal Indonesia dapat segera kembali ke Indonesia, dan Sudan akan membantu
proses pemulangan polisi kita ke tanah air,” tuturnya.
Terkait isu
Palestina, Menlu Retno mengharapkan Guterres dapat memainkan peran aktif dalam
mendorong proses perdamaian Palestina-Israel. Pada kesempatan tersebut, Menlu
Retno menegaskan kembali dukungan Indonesia terhadap two-state solution serta
komitmen Indonesia untuk berperan aktif dalam proses perdamaian.
Selain itu,
dibahas pula konflik Rakhine State di mana Guterres menyampaikan apresiasi
kepada Menlu RI dan Indonesia atas diplomasi aktif dan pendekatan konstruktif
yang dilakukan selama ini untuk masalah Rakhine State.
Mereka
berdua sependapat mengenai kompleksnya masalah di Rakhine State. Untuk itu ditekankan
penting bagi PBB maupun Indonesia untuk terus melakukan constructive engagement, dengan tetap memberi
perhatian terhadap berbagai pelanggaran HAM yang terjadi, namun terus memberi
dukungan dan membantu serta bekerjasama dengan Pemerintah Myanmar untuk
menyelesaikan masalah.
“Indonesia
siap memfasilitasi komunikasi antara masyarakat internasional termasuk PBB
dengan Pemerintah Myanmar,” ujar Menlu Retno lagi.
Disampaikan
pula oleh mantan duta besar RI di Belanda ini bahwa Indonesia selalu siap memainkan
peran aktifnya di PBB dalam isu apapun.
0 comments:
Post a Comment