Thursday 1 December 2016

Benarkah Kampanye Militer Di Suriah Mendongkrak Penjualan Senjata Rusia?


Selama operasi militernya di Suriah, Kementerian Pertahanan Rusia telah merilis puluhan video menunjukkan bagaimana pembom dan jet tempur menghantam sasaran pemberontak atau mendukung pasukan darat Presiden Bashar Assad dengan tembakan dan rudal.

Video lain juga menggambarkan bagaimana peluncuran rudal jelajah dari kapal perang Rusia dan kapal selam di Laut Kaspia dan laut Mediterania. Sebuah rekaman di YouTube yang menunjukkan bagaimana tank T-90 buatan Rusia yang dioperasionalkan Suriah selamat dari hantaman rudal pembunuh tank buatan Amerika Serikat BGM-71 TOW di Aleppo telah dilihat lebih dari 2,8 juta kali. Selain itu masih banyak video yang menampilkan senjata buatan Rusia yang digunakan di Suriah.

Video telah menjadi alat promosi yang efektif untuk pesawat Rusia, sistem rudal pertahanan udara dan rudal yang dipandu laser atau satelit, kapal selam diesel, sistem jamming komunikasi, tank, senapan sniper dan modifikasi AK-47.

Ekspor senjata Rusia tahun ini diperkirakan akan mencapai setidaknya US$ 14 miliar dan angka tahun depan diperkirakan akan lebih tinggi lagi. Menurut Stockholm International Peace Research Institute dari 2011 hingga 2015, Rusia bertanggung jawab atas seperempat ekspor senjata global, di bawah Amerika Serikat dengan 33%, dan di atas China yang menguasai 5,9% pasar.

Presiden Vladimir Putin mengumumkan pada bulan Juli lalu bahwa pada 2015, eksportir senjata Rusia memperoleh US$14,5 miliar atau meningkat 13% dibandingkan dengan tahun 2014. Pada tahun 2013, menurut Rosoboronexport, perusahaan Negara yang mengatur penjualan senjata menyebutkan ekspor senjata Rusia mencapai angka US$10,3 miliar.

Senjata buatan Rusia membuktikan efisiensi, kehandalan dalam kondisi yang paling beragam,” kata Putin pada bulan Juli. Dia menambahkan bahwa jumlah pesanan internasional untuk senjata Rusia melebihi US$56 miliar. “Kami harus siap jika upaya aktif kami meningkatkan kompetisi,” katanya.

Perang saudara yang berlangsung lebih dari 5 tahun di Suriah telah menjadi showcase bagi banyak Negara untuk menunjukkan kemampuan senjatanya. Tetapi harus diakui bahwa Rusia memang yang paling aktif memamerkan kekuatannya. Hal ini didukung dengan posisi head to head antara senjata Amerika dan Rusia karena Washington mendukung pemberontak sementara Moskow menyerang mereka.

Ini adalah demonstrasi jelas dari Rusia untuk menawarkan di pasar senjata internasional,” kata Maxim Shapovalenko, seorang analis pertahanan yang berbasis di Moskow dan penulis “The Suriah Frontier,” tentang kampanye Rusia di Suriah sebagaimana dikutip dalam sebuauh wawancara yang dilaporkan Los Angeles Times 25 November 2016. “Ada banyak senjata terdaftar sebagai barang ekspor.”

Kompleks industri militer Rusia mempekerjakan ratusan ribu orang dengan pembeli terbesar meliputi India, China , Vietnam, Iran, Venezuela, Aljazair dan Uni Emirat Arab. Lonjakan ekspor senjata sangat signifikan bagi perekonomian Rusia yang menyusut karena merosotnya harga minyak dan sanksi barat.

“Secara finansial, hal ini menjadi sumber pendapatan Kremlin kedua setelah minyak dan gas,” kata ahli pertahanan Ruslan Pukhov dalam sebuah wawancara.

Bloomberg melaporkan pada pertengahan November Rusia memperoleh hampir US$42 miliar dari pajak energi dari Januari hingga Oktober, Kompleks industri militer Rusia berpusat pada Rostec, perusahaan raksasa milik Negara yang mencakup puluhan anak perusahaan dan dipimpin oleh Sergei Chemezov, seorang mantan insinyur yang bekerja di Jerman Timur pada tahun 1980 dan merupakan teman dekat Putin ketika menjadi seorang perwira KGB pada saat itu.

Kampanye Suriah telah membantu Moscow menarik minat dari pelanggan lain di Timur Tengah, di mana permintaan untuk senjata meningkat setelah “Arab Spring “. Delegasi dari Mesir, Irak dan Libya mengunjungi Rusia tahun ini untuk mencari senjata.


Hukum federal Rusia menyatakan bahwa penguatan posisi militer dan politik luar negeri adalah tujuan utama dari kerjasama industri militer Rusia,” kata Nikolay Kozhanov, ahli Timur Tengah yang berbasis di St Petersburg, menulis dalam sebuah analisis untuk Chatham House, think tank London pada Juli lalu. “Rusia tidak diragukan lagi akan menggunakan ekspor senjatanya untuk mencoba mempengaruhi keseimbangan kekuatan di Timur Tengah.”

0 comments:

Post a Comment