Friday, 23 December 2016

China-India Berebut Dominasi di Samudera Hindia, Bagaimana Dengan Indonesia?


Berdasarkan data perusahaan konsultan IHS Markit, sejak 2011, pelayaran angkatan laut India di Samudera Hindia telah tumbuh 300 persen. India sedang memperkuat kehadiran mereka di wilayah penting ini untuk mengimbangi China yang telah terlebih dahulu melakukan sejumlah terobosan.

China telah mengerahkan kapal selam baik nuklir dan konvensional di Samudera Hindia untuk menegaskan dominasinya sebagai Negara adidaya regional. Tujuan China juga sama yakni melawan pengaruh India.

Samudera Hindia adalah rute perdagangan penting karena hampir 36 juta barel minyak diangkut setiap hari di wilayah ini dan menyumbang 40% dari produksi minyak lepas pantai global. Untuk India, sebanyak 95% dari perdagangan dan 80% dari impor minyak mentah melalui Samudera Hindia.

“Dominasi di Samudera Hindia diterjemahkan, dengan cara, untuk dominasi di Asia, karena rute utama perdagangan maritim dan perdagangan energi,” kata Caron Natasha Tauro, analis Asia untuk perusahaan riset keamanan IHS Jane, dalam sebuah pernyataan.

“Hal ini mendorong persaingan antara India dan China yang melihat laut sebagai halaman belakang mereka dan memiliki potensi untuk memperbesar pengaruhnya dengan One Belt, Salah satu proyek jalan dan inisiatif Maritime Silk Road.”

One Belt, salah satu proyek jalan yang melibatkan pengaturan jalan dan rute kereta api, jaringan pipa minyak dan gas alam, dan proyek infrastruktur lainnya yang membentang melalui Asia Tengah ke Venice dan pengaturan dari pelabuhan dan infrastruktur laut antara Asia selatan dan Laut Mediterania utara.

Sejak berkuasa pada 2014, Perdana Menteri India Narendra Modi telah menghabiskan banyak waktu untuk terlibat dengan negara-negara pantai Samudera Hindia. Tahun lalu, misalnya, ia mengunjungi Seychelles, Sri Lanka, dan Mauritius, dengan tujuan melawan pengaruh China yang tumbuh di wilayah tersebut.

India dan Jepang juga telah mempertimbangkan membangun dinding laut “hydrophone” dengan sensor microphones yang ditempatkan di dasar laut antara India selatan dan ujung utara Indonesia. Langkah ini bertujuan untuk mengawasi pergerakan kapal selam China.

Angkatan laut India, Jepang, dan Amerika Serikat juga mengadakan latihan bersama di laut Filipina pada bulan Juni tahun ini.

Meski China telah mengurangi jumlah kunjungan ke Samudera Hindia tahun lalu, kemungkinan akan fokus pada perairan Laut Cina Selatan. Pemindahan kekuatan Angkatan Laut China mencerminkan kepentingan komersial dan mungkin untuk membangun hubungan dengan negara-negara seperti Pakistan dan Bangladesh.

Antara tahun 2011 dan 2016, berbagai angkatan laut dari wilayah Samudera Hindia juga meningkatkan anggaran pengadaan mereka dari sekitar US$8,5 miliar menjadi US$ 12 miliar. Selama tahun ini, angkatan laut India, China, Bangladesh, dan Pakistan juga telah berinvestasi untuk membangun dan membeli kapal selam serangan, kapal perusak, frigat, dan kapal perang ranjau.

Angkatan Laut India saat ini memiliki 137 kapal sementara Angkatan Laut China unggul dengan sekitar 300 armada kapal. Tetapi, India berencana menambah sekitar 100 kapal perang baru, termasuk dua kapal induk dan tiga kapal selam bertenaga nuklir, selama 12 tahun ke depan yang menghabiskan US$6,1 miliar.


Australia yang juga terhubung langsung dengan Samudera Hindia tidak tinggal diam. Negara ini terus membangun kekuatan angkatan laut mereka. Kontrak pembelian 12 kapal selam dari DCNS Prancis sebagai bukti bahwa Australia tidak ingin tertinggal dalam mengaduk-aduk wilayah tersebut.

Indonesia, juga menjadi Negara yang memiliki poisisi penting. Sayangnya, Indonesia sepertinya masih fokus pada pengawasan perariran Laut China Selatan. Tetapi Negara ini juga sedang berusaha untuk menambah kekuatan dengan membeli tiga kapal selam Kelas Chang Bogo dari Korea Selatan dari rencana untuk mencari total 10 kapal selam.

“Samudera Hindia kembali muncul menjadi daerah strategis, bukan hanya karena risiko pembajakan,” kata Lee Willett, kepala desk Angkatan Laut IHS Jane sebagaimana dikutip Quartz India Kamis 21 Desember 2016, “Tetapi juga karena kekuatan super angkatan laut di dunia melihat kesempatan untuk mengisi kekuatan strategis di wilayah laut tersebut.”

Ditambah dengan penurunan kekuatan AS, termasuk di wilayah Samudera Hindia, ada lapangan terbuka bagi kekuatan lain untuk masuk.

0 comments:

Post a Comment