Seperti
dilaporkan sebelumnya, sejumlah system pertahanan rudal udara S-300V4 milik
Rusia tampak sangat aktif di wilayah Crimea. Hal ini dilakukan untuk menanggapi
Ukraina yang memulai uji coba rudal yang akan berlangsung dua hari mulai Kamis
1 Desember 2016.
Batalnya
perjanjian menandai tingkat ketegangan baru pada dua negara yang pernah
bersekutu itu, dimana keduanya terlibat konflik pada 2014 setelah Rusia
menduduki Krimea dan mendukung gerakan separatis pro-Rusia di wilayah Timur
Ukraina.
Pihak
Ukraina mengatakan uji coba yang berlangsung di Selatan wilayah Kherson dan
berbatasan dengan Krimea itu, merupakan tindakan sah akan dilakukan sesuai
kerangka kerja kewajiban dan perjanjian internasional.
Kami akan
terus meningkatkan kemampuan pertahanan negara kami dan melanjutkan uji coba
rudal serta latihannya,” kata Sekretaris Dewan Pertahanan dan Keamanan
Nasional, Oleksander Turchynov, Rabu (30/11/2016)
Media Rusia melaporkan bawha Kementerian
Pertahanan Rusia menuduh Ukraina sedang membuat situasi yang mengkhawatirkan
dan mengakfifkan pertahanan udara berbasis di laut dan darat pada tingkat
bahaya sebagai respon uji coba tersebut. Juru bicara
Rusia di Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan kepada pewarta pada Rabu, bahwa
dirinya tidak tahu apakah Presiden Vladimir Putin meminta Kementerian
Pertahanan untuk menyiapkan respon militer terhadap uji coba yang dilakukan
Ukraina.
Dia menjawab
sebuah pertanyaan tentang laporan media Ukraina yang menyebutkan Kementerian
Pertahanan Rusia mengatakan kepada utusan militer Ukraina bahwa pihaknya akan
menembak jatuh rudal apapun dan menghancurkan situs peluncuran jika Ukraina
melakukan uji coba peluncuran rudal di wilayah udara dekat Krimea.
Di Kremlin
kami tidak ingin melihat tindakan apapun yang dilakukan pihak ukraina yang
menembus hukum internasional dan menciptakan kondisi berbahaya bagi penerbangan
internasional yang melintasi wilayah Rusia dan wilayah lain yang berdekatan,”
kata Peskov.
Pada
September lalu, Rusia menggelar latihan perang berskala besar di sepanjang
distrik militer Selatan, termasuk Krimea, yang dipandang Ukraina dan sebagian
besar komunitas internasional sebagai perampasan ilegal pada tahun 2014 setelah
munculnya protes masyarakat yang menggulingkan Presiden Ukraina yang pro-Rusia.
0 comments:
Post a Comment