Friday 10 February 2017

Persaingan Panas F-14 Tomcat VS Su-27 Flanker


Jet tempur F-14 Tomcat dan Su-27 Flanker ditakdirkan lahir dalam situasi dunia dilanda persaingan panas antara Barat dan Amerika melawan Uni Soviet. Aura Perang Dingin telah menuntut F-14 dan Su-27 harus lahir sebagai sebuah mesin pembunuh di udara yang mematikan.

Selama dekade terakhir abad ke-21 kedua pesawat ini telah menjadi kekuatan paling mematikan di udara. Soviet mengandalkan Su-27 sementara Amerika menciptakan F-14 yang berbasis di kapal induk.

Setelah kelahirannya Su-27 (varian standar/awal) langsung disejajarkan dengan F-14 dan F-15. Namun Flanker hadir dengan kemampuan manuver yang mengejutkan.


Pesawat ini  bisa terbang pada sudut serang 30 derajat dan juga mampu melakukan “Pughacev Cobra”, sebuah manuver di mana hidung pesawat ke atas (posisi vertikal) pada tingkat 70 derajat perdetik dan setelah itu kembali ke posisi semula. Karena manuver ini, Flanker telah menjadi sorotan dalam setiap pertunjukan udara dari akhir tahun 80-an hingga ke pertengahan 90-an.

Seorang pilot Angkatan Laut AS berpengalaman yang telah menerbangkan F-4, F-14A dan B, F-15, F-16, F-18 Hornet maupun Super Hornet dan juga A-4 sebagiamana dikutip National Interest beberapa waktu silam mengaku dalam sebuah serangan mendadak di atas Ukraina, Gallop sangat terkesan dengan akselerasi dan seberapa cepatnya Flanker Rusia tersebut terbang di ketinggian.


Mesinnya yang powerfull, bersama dengan aerodinamika yang luar biasa dan dengan rudal IR jarak pendek AA-11 Archer menjadikan Su-27 sebagai dogfighter terbaik di era 90-an, musuh yang sangat menakutkan bagi seluruh jet tempur barat. 

AA-11 Archer pada tahun 90-an adalah rudal udara-ke-udara terbaik di dunia yang dapat dihubungkan dengan sistem kontrol tembak pada helm pilot dan mampu menembak sasaran hingga 45 derajat dari sumbu pesawat. Kedua kemampuan ini tidak dimiliki oleh rudal AIM-9M Sidewinder, rudal jarak pendek terbaik milik barat kala itu.


F-14 Tomcat  tidak kalah cepat dari Su-27, namun pesawat tempur Amerika itu lebih condong kepada pertempuran jarak dekat saja. Soal manuver, Tomcat kalah dengan Su-27, meski Tomcat varian B atau D yang sudah menggunakan mesin powerfull General Electric F110-GE-400.

Namun kembali lagi, pesawat musuh yang tangkas bukanlah segala-galanya. Pilot tetap memegang peranan penting. Tomcat juga bisa menggunakan rudal jarak jauh AIM-54C Phoenix.


Seperti yang dijelaskan beberapa pilot Tomcat, tidak peduli bagaimana pesawat musuh lebih gesit untuk menargetkan F-14 dalam pertempuran udara, karena berkat kombinasi taktik Tomcat, sensor (seperti F-14D dengan AAS-42 yang memiliki rentang dan resolusi yang lebih besar daripada seeker IRST yang dipasang oleh Su-27) dan senjatanya, maka setiap pesawat tempur musuh akan tertarget pada jarak yang jauh. Jadi siapa yang unggul? Tidak ada jawaban pasti dari pertanyaan itu.

0 comments:

Post a Comment