Friday, 9 December 2016

AS dan Inggris Ternyata Memata-Matai Ponsel di Pesawat Komersial


Badan intelijen Amerika Serikat (AS) dan Inggris ternyata memata-matai ponsel setiap orang di pesawat komersial. Alasannya untuk mencegah serangan 11 September 2001 atau 9/11 terulang.

Aksi spionase oleh National Security Agency (NSA) AS dan Government Communications Headquarters (GCHQ) Inggris ini terungkap dari dokumen rahasia yang dibocorkan whistle blower NSA Edward Joseph Snowden.

Menurut dokumen yang dibocorkan Snowden, NSA dan GCHQ mampu memata-matai ponsel setiap orang di pesawat yang terbang di ketinggian 33ribu kaki dan di atasnya lagi. Pengumpulan data dari ponsel setiap orang di pesawat ini diklaim sebagai kemampuan pengumpulan informasi yang “mendekati real time”. Dokumen rahasia NSA dan GCHQ ini dibocorkan Snowden kepada Le Monde dan The Intercept.

NSA membanggakan diri atas kemampuan mereka dalam proyek spionase terhadap ponsel di pesawat komersial. ”Surga mungkin milik NSA, ”klaim NSA dengan gaya bercanda seperti dikutip dari dokumen yang dibocorkan Snowden.

Dokumen rahasia milik badan intelijen AS dan Inggris itu setebal 13 halaman dengan judul, “Tracking civilian aircraft the world over" (Pelacakan pesawat sipil di seluruh dunia). Isi dokumen merinci bagaimana teknologi digunakan NSA dan GCHQ untuk mencegah tragedi 9/11 yang lain.

Kemampuan memata-matai ponsel setiap orang di pesawat komersial itu telah dikembangkan NSA sejak awal 2005. Program spionase yang tergolong baru ini dijalankan NSA setelah Central Intelligence Agency (CIA) meyakini para teroris menggunakan ponsel untuk beraksi dipesawat.

CIA percaya bahwa Air France dan Air Mexico adalah target potensial teroris,” bunyi salah satu dokumen dari Snowden. Belum jelas, apakah aksi spionase terhadap ponsel orang-orang di pesawat komersial ini mematuhi prinsip hukum ketika pesawat beroperasi di luar AS dan Inggris, atau tidak. ”Mereka harus di bawah pengawasan tertinggi saat mereka memasuki wilayah udara AS,” lanjut bunyi dokumen tersebut.

Masih menurut dokumen Snowden, teknologi ini tidak hanya diperuntukkan bagi teroris. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Kepala Organisasi Perdagangan Dunia dan CEO dari perusahaan-perusahaan besar ikut ditargetkan oleh NSA dan GCHQ.

Apakah itu Presiden Pakistan, seorang pedagang cerutu atau senjata, teroris dan anggota jaringan proliferasi nuklir, semua memiliki kesamaan. Bukankah mereka semua menggunakan ponsel saat di pesawat?,” bunyi dokumen NSA lainnya.

Pihak GCHQ tidak membantah maupun membenarkan bocoran dokumen itu. ”Kami tidak mengomentari hal-hal yang berkaitan dengan intelijen,” kata pihak GCHQ, melalui seorang juru bicara, yang dikutip Jumat (9/12/2016).

”Namun, pekerjaan kami dilakukan sesuai dengan kerangka hukum yang ketat dan kebijakan yang memastikan bahwa kegiatan kami sah, diperlukan dan proporsional, dan bahwa kontrol ketat akan dibuat oleh Sekretaris Negara, komite parlemen, intelijen dan pihak keamanan sebagai otoritas pembuat peraturan untuk penyadapan dan intelijen.

”GCHQ mengklaim praktik spionase ini sepenuhnya menghormati Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia. Sementara itu, pihak NSA mengatakan, Kegiatan intelijen (kami) secara penuh sesuai dengan kerangka hukum dan kebijakan yang berlaku.”

0 comments:

Post a Comment