Badan
intelijen Amerika Serikat (AS) dan Inggris ternyata memata-matai ponsel setiap
orang di pesawat komersial. Alasannya untuk mencegah serangan 11 September 2001
atau 9/11 terulang.
Aksi
spionase oleh National Security Agency (NSA) AS dan Government Communications
Headquarters (GCHQ) Inggris ini terungkap dari dokumen rahasia yang dibocorkan
whistle blower NSA Edward Joseph Snowden.
Menurut
dokumen yang dibocorkan Snowden, NSA dan GCHQ mampu memata-matai ponsel setiap
orang di pesawat yang terbang di ketinggian 33ribu kaki dan di atasnya lagi. Pengumpulan
data dari ponsel setiap orang di pesawat ini diklaim sebagai kemampuan
pengumpulan informasi yang “mendekati real time”. Dokumen rahasia NSA dan GCHQ
ini dibocorkan Snowden kepada Le Monde dan The Intercept.
NSA
membanggakan diri atas kemampuan mereka dalam proyek spionase terhadap ponsel
di pesawat komersial. ”Surga mungkin milik NSA, ”klaim NSA dengan gaya bercanda
seperti dikutip dari dokumen yang dibocorkan Snowden.
Dokumen
rahasia milik badan intelijen AS dan Inggris itu setebal 13 halaman dengan
judul, “Tracking civilian aircraft the world over" (Pelacakan pesawat
sipil di seluruh dunia). Isi dokumen merinci bagaimana teknologi digunakan NSA
dan GCHQ untuk mencegah tragedi 9/11 yang lain.
Kemampuan memata-matai
ponsel setiap orang di pesawat komersial itu telah dikembangkan NSA sejak awal
2005. Program spionase yang tergolong baru ini dijalankan NSA setelah Central
Intelligence Agency (CIA) meyakini para teroris menggunakan ponsel untuk
beraksi dipesawat.
CIA percaya
bahwa Air France dan Air Mexico adalah target potensial teroris,” bunyi salah
satu dokumen dari Snowden. Belum jelas, apakah aksi spionase terhadap ponsel
orang-orang di pesawat komersial ini mematuhi prinsip hukum ketika pesawat
beroperasi di luar AS dan Inggris, atau tidak. ”Mereka harus di bawah
pengawasan tertinggi saat mereka memasuki wilayah udara AS,” lanjut bunyi
dokumen tersebut.
Masih
menurut dokumen Snowden, teknologi ini tidak hanya diperuntukkan bagi teroris.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Kepala Organisasi Perdagangan
Dunia dan CEO dari perusahaan-perusahaan besar ikut ditargetkan oleh NSA dan
GCHQ.
Apakah itu
Presiden Pakistan, seorang pedagang cerutu atau senjata, teroris dan anggota
jaringan proliferasi nuklir, semua memiliki kesamaan. Bukankah mereka semua
menggunakan ponsel saat di pesawat?,” bunyi dokumen NSA lainnya.
Pihak GCHQ
tidak membantah maupun membenarkan bocoran dokumen itu. ”Kami tidak
mengomentari hal-hal yang berkaitan dengan intelijen,” kata pihak GCHQ, melalui
seorang juru bicara, yang dikutip Jumat (9/12/2016).
”Namun,
pekerjaan kami dilakukan sesuai dengan kerangka hukum yang ketat dan kebijakan
yang memastikan bahwa kegiatan kami sah, diperlukan dan proporsional, dan bahwa
kontrol ketat akan dibuat oleh Sekretaris Negara, komite parlemen, intelijen
dan pihak keamanan sebagai otoritas pembuat peraturan untuk penyadapan dan
intelijen.
”GCHQ
mengklaim praktik spionase ini sepenuhnya menghormati Konvensi Eropa tentang
Hak Asasi Manusia. Sementara
itu, pihak NSA mengatakan, ”Kegiatan intelijen (kami) secara penuh sesuai
dengan kerangka hukum dan kebijakan yang berlaku.”
0 comments:
Post a Comment