Presiden
Filipina, Rodrigo Duterte, memutuskan untuk menerima kesepakatan pembelian
senjata yang ditawarkan oleh China. “China
mendesak saya atas pembelian senjata itu, yang memang sudah ada. Saya akan
menerimanya. Mereka mendesak,” ujar Duterte ketika berbicara di hadapan para
tentara, sebagaimana dikutip Inquirer, Minggu (11/12/2016).
Duterte
mengatakan bahwa ia sudah meminta Menteri Pertahanan, Delfin Lorenzana, untuk
mengirim pejabat militer ke China guna menerima senjata pesanan tersebut. “Kita tidak
perlu meminta dari pihak lain karena mereka mau memberikannya. Ini tidak
gratis, tapi dapat dibayarkan dalam jangka waktu 25 tahun,” tutur Duterte.
Sejak naik
takhta pada 30 Juni lalu, Duterte terus mencari alternatif sumber pasokan
senjata bagi negaranya yang selama ini bergantung pada Amerika Serikat sebagai
sekutu lamanya. Hubungan
antara kedua negara memanas setelah Presiden AS, Barack Obama, mengkritik
kampanye anti-narkoba yang di canangkan oleh Duterte.
Duterte
beberapa kali menyebut bahwa Filipina tak membutuhkan AS. Ia pun
mempertimbangkan untuk membeli senjata dari China dan Rusia. Sebelumnya,
Menhan Lorenzana juga mengatakan bahwa pihaknya sedang mempertimbangkan membeli
senapan dari Rusia untuk penembak jitu Filipina.
“Jika
senapan mereka sehebat yang mereka klaim, kami mungkin mempertimbangkan untuk
membeli. Tentara dan marinir akan melakukan uji coba untuk menentukan seberapa
banyak yang mereka butuhkan,” katanya.
Lorenzana
bertandang ke Rusia pada pekan lalu atas perintah Duterte untuk bertemu dengan
para pejabat pertahanan setempat. Ini adalah
kali pertama kunjungan pejabat pertahanan Filipina ke Rusia meskipun hubungan
diplomatik kedua negara sudah terjalin sejak 1976.
0 comments:
Post a Comment