Rudal modern
di laut bisa dikatakan dimulai pada bulan Oktober 1967, ketika kapal Israel
Eilat yang sedang berlayar 14 mil di lepas pantai Port Said, disergap oleh
sepasang kapal rudal kelas Osa. Kapal ini meluncurkan empat rudal yang tiga
diantaranya menghantam Eilat. Kapal eks-Angkatan Laut Inggris ini pun tenggelam
dan dan menewaskan 47 pelaut.
Tenggelamnya
Eilat mengguncang angkatan laut yang memicu perlombaan senjata rudal
anti-kapal. Hanya dalam waktu 10 tahun, angkatan laut di berbagai Negara telah
memiliki kapal yang membawa rudal anti-kapal. Persaingan terus berlanjut sampai
akhir Perang Dingin.
Sekarang,
dengan kebangkitan Angkatan Laut China dan Rusia, banyak negara termasuk
Amerika Serikat kembali bergerak untuk rudal anti-kapal mereka yang sudah tua
dengan desain yang lebih modern.
Salah satu
desain rudal taktis terbaru adalah yang dibangun oleh perusahaan Kongsberg
Norwegia. Negara tetangga Rusia ini dengan garis pantai yang sangat panjang memerlukan system rudal modern yang mampu mempertahankan garis pantai mereka.
Hasilnya
adalah Naval Strike Missile (NSM), desain yang benar-benar baru. Kongsberg
menggambarkan senjata ini sebagai “satu-satunya rudal presisi jarak jauh
generasi kelima yang ada di dunia saat ini.
”NSM
diluncurkan dari helikopter atau kapal dengan booster roket berbahan bakar
padat yang dapat mempercepat rudal mencapai kecepatan jelajah. Beberapa detik
kemudian, tendangan mesin turbojet akan mendorong rudal ke target. NSM memiliki
jangkauan lebih dari 100 mil.
Tidak
seperti rudal supersonik P-800 Oniks Rusia, yang mampu mencapai kecepatan 2,5
Mach, NSM tetap jauh di bawah kecepatan supersonik. Namun Kongsberg lebih
percaya pada “rudal pintar, bukan rudal cepat.
”Filosofi
ini telah menciptakan sebuah rudal yang sama sekali berbeda dari desain yang
ada sekarang. Dari pada mencoba mengatasi pertahanan musuh dengan rudal cepat,
Kongsberg membuat rudal yang lebih sulit untuk dideteksi hingga akhirnya sulit
diintersep.
NSM
dirancang untuk menjadi rudal low observation dan tidak sepenuhnya siluman,
tetapi Kongsberg membuat desain untuk mengurangi deteksi radar pada rudal. Rudal
antikapal lain seperti Harpoon Amerika dan Exocet Prancis juga tidak sepenuhnya
siluman. NSM
menggabungkan ini dengan kemampuan terbang rendah di atas permukaan laut atau
sea skimming untuk bersembunyi di bawah radar.
Kebanyakan
rudal antikapal di pasar senjata global menggunakan radar pencari aktif untuk
menuju target mereka. Meskipun efektif, sinyal radar akan memberi kesempatan
musuh untuk mendeteksi rudal dengan peralatan tindakan dukungan elektronik
mereka. NSM memilih menggunakan sensor pencitraan pasif inframerah yang tidak
memancarkan sinyal yang dapat di identifikasi.
Penanggulangan
pasif bukan satu-satunya alat dalam kotak peralatan NSM. Rudal ini mampu
manuver G tinggi di fase terminal, membuat jalur rudal sulit diprediksi. Hal
ini sangat berguna untuk menghindari serangan system senjata jarak dekat eperti Phalanx CIWS atau Type 730 China.
Rudal juga
memiliki kemampuan untuk memilih sasaran secara otonom dari kelompok kapal.
Selanjutnya, dengan kemampuan Naval Strike Missile selectability, yang berarti rudal dapat diprogram untuk menyerang bagian tertentu dari kapal musuh tertentu,
seperti gate dan lainnya.
Rudal
membawa 276 pound hulu ledak tinggi yang memiliki fuse diprogram, yang
memungkinkan untuk meledak pada jarak yang ditentukan dari titik dampak. Rudal
tersebut digambarkan memiliki hulu ledak titanium, yang kemungkinan akan membantu
menembus lambung kapal musuh.
NSM saat ini
dalam pelayanan dengan Angkatan Laut Norwegia, di mana Fridtjolf Nansen class Fregat Aegis dan kapal serangan cepat Skjold. Rudal ini juga beroperasi
dengan Divisi Rudal Pesisir Polandia, yang mempekerjakan versi truk-mount.
Militer
Amerika Serikat yang sedang mencari pengganti Harpoon, sangat tertarik dengan
rudal serbaguna ini, terutama juga karena bisa digunakan untuk helicopter
Seahawk, kapal penjelajah, kapal perusak dan kapal tempur pesisir (LCS).
Rudal itu di
uji tembak dari USS Coronado pada tahun 2014, menghantam target kapal tes yang gerak di lepas pantai California. Kongsberg menduga akan memiliki masa depan
cerah di Amerika hingga mereka berencana untuk memproduksi rudal ini di
Kentucky bekerjasama dengan Raytheon.
Kongsberg
telah mengembangkan varian dari NSM yang dikenal sebagai Joint Strike Missile
(JSM) yang dimaksudkan untuk menyerang target darat dan kapal dari jarak jauh.
Rudal itu dirancang agar sesuai dengan teluk senjata internal F-35.
Untuk
mencapai hal ini, asupan udara turbojet dipindahkan dari bagian bawah rudal ke
kedua sisi, dan sirip rudal juga diubah. NSM memang belum digunakan secara luas
saat ini, tetapi tampaknya memiliki masa depan yang cerah.
0 comments:
Post a Comment