Kepala Staf
TNI Angkatan Laut Laksamana Ade Supandi mengatakan, setiap panglima armada
seharusnya bertugas di atas kapal, bukan di daratan. "Panglima
armada itu seharusnya di kapal, misalnya panglima armada ketujuh, panglima
armada pasifik. Itu di kapal semua," ujar Ade usai membuka Rapat Pimpinan
TNI AL di Mabes TNI AL, Cilangkap, Jumat (20/1/2017).
"Dia
boleh di kantor, di darat, kalau sedang istirahat saja ya. Jadi jangan
dibolak-balik, panglima armada posnya adalah di kapal," lanjut dia.
Pernyataan
itu merupakan jawaban dari pertanyaan wartawan soal rencana pembentukan armada
TNI AL ketiga RI, armada laut timur. Armada timur ini dibentuk belakangan
setelah armada barat dan armada tengah.
Rencananya,
TNI AL membangun markas armada timur di Sorong, Papua.
Ade
melanjutkan, Indonesia belum memiliki kapal yang berfungsi sebagai markas
tempat kendali operasi dilakukan.
Ade meminta
hal itu tidak menjadi alasan para panglima armada tidak menjalakan tugas
pokoknya. "Dalam
bahasa perang, dia tetap harus berani di atas kapal, jangan di darat.
Keliru," ujar dia.
Sesuai
kajian TNI AL sejak 2004, Komando Armada RI Kawasan Barat nantinya memiliki
kewenangan wilayah di seluruh perairan di Pulau Sumatera (ALKI I).
Sementara,
Komando Armada RI Kawasan Tengah memiliki wewenang atas wilayah perairan.
KSAL
Ingatkan Gelar Pasukan Harus Diiringi Kesiapan Logistik
Kepala Staf
TNI Angkatan Laut Laksamana Ade Supandi mengatakan, perluasan gelar pasukan di
Indonesia harus diiringi dengan kesiapan logistik.
"Seiring
gelar pasukan atau pangkalan, harus juga tersedia kebutuhan logistik,"
ujar Ade usai membuka rapat pimpinan TNI AL di Kompleks Mabes TNI AL,
Cilangkap, Jumat (20/1/2017).
Logistik
utama yang dimaksud, yakni bahan bakar untuk kapal perang. Derah operasi,
khususnya bagi TNI AL, harus mudah mengakses logistik. "Contohnya
di Lantamal Tarakan. Dulu waktu masih berbentuk Lanal, operasi di Sulawesi,
harus melalui Surabaya dulu, baru bisa ke sana. Sekarang saya harap jangan lagi,"
ujar Ade.
Efektivitas
distribusi logistik sangat erat kaitannya dengan efisiensi suatu operasi.
Jangan sampai sebuah operasi gagal lantaran logistik yang tidak memadai. "Kalau
bahan bakar tidak ada, kapal hanya akan duduk saja di pangkalan. Kapal itu akan
bisa bermanfaat bagi negara jika berada di laut. Kalau berada di darat, hanya
seonggok besi yang tidak ada nilainya," ujar dia.
Atas dasar
ini pula, penempatan pasukan yang baru juga akan lebih mempertimbangkan akses
logistik. "Kami
harapkan disposisi markas komando bisa di-setting dengan pertimbangan dukungan
logistik. Karena bagaimanapun juga kapal perang, operasinya mengandalkan
kebutuhan logistik," ujar dia.
Diberitakan
sebelulmnya, TNI Angkatan Laut akan membentuk armada ketiga. Indonesia pun akan
memiliki tiga armada, yakni Armada RI Kawasan Barat, Armada RI Kawasan Tengah
dan Armada RI Kawasan Timur.
Sesuai
kajian TNI AL sejak 2004, Komando Armada RI Kawasan Barat nantinya memiliki
kewenangan wilayah di seluruh perairan di Pulau Sumatera (ALKI I) dan sebagian
kecil Pulau Jawa dengan markas di Jakarta. Sementara,
Komando Armada RI Kawasan Tengah memiliki wewenang atas wilayah perairan
sekitar Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan (ALKI II) dengan markas di Surabaya.
Adapun,
Komando Armada RI Kawasan Timur nantinya menjangkau wilayah perairan di Pulau
Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku dan Papua (ALKI III).
Markas armada ini tengah masa pembangunan, yakni di Sorong, Papua.
0 comments:
Post a Comment