Rentetan
serangan artileri kembali mengguncang wilayah Timur Ukraina Minggu 17 Desember
2016 lalu ketika militan yang didukung Rusia dan pasukan pemerintah Ukraina
bentrok di dekat Kota Svitlodarsk.
Seorang juru
bicara militer Ukraina, Kolonel Andriy Lysenko, mengatakan bahwa 5 tentara
mereka tewas dan 16 terluka dalam pertempuran sepanjang hari dan pasukan
separatis yang didukung Rusia telah berusaha menerobos garis pemerintah. Ini
adalah korban terbesar Ukraina dalam lima bulan terakhir.
Seorang
warga di sebuah kota yang dikendalikan separatis, membantah pernyataan tentara
separatis telah berusaha untuk menyerang dan mengatakan pertempuran itu
hanyalah “tenis roket ” antara kedua belah pihak.
Lysenko
sebagaimana dikutip Washington Kamis 21 Desember 2016 mengatakan sebanyak 50
anggota milisi tewas, namun angka itu tidak terkonfirmasi secara independen. Situs Censor.net, mengutip seorang pejabat pertahanan Ukraina yang tidak
disebutkan namanya, mengatakan bahwa empat mayat yang menjadi korban serangan pasukan
pemerintah tidak diklaim oleh gerilyawan.
Kelompok
pengawas internasional mendokumentasikan hampir 3.000 ledakan di kawasan
tersebut pada pertempuran Minggu atau naik dari 700 pada hari Sabtu dan 100
pada hari Jumat. Mayoritas ledakan hari Minggu tercatat terjadi di sekitar
Svitlodarsk.
Meskipun
beberapa upaya gencatan senjata dan upaya untuk menghapus senjata berat dari
garis depan, termasuk tank, artileri roket dan howitzer, pertempuran hari
minggu menjadi bukti upaya itu gagal. Senjata-senjata mematikan itu telah
kembali ke garis depan pertempuran.
Pertempuran
itu memaksa penduduk Svitlodarsk untuk berlindung di ruang bawah tanah mereka,
dan menjelang malam tiba, kondisi sangat mengkhawatirkan karena suhu turun di
bawah titik beku sementara listrik dan gas mati dan baru pulih sekitar tengah
malam.
Sejak musim
panas 2014, garis depan di Ukraina timur telah berada pada kondisi statis, dan
kedua belah pihak telah mengurangi bertukar serangan artileri dan senapan
mesin. Svitlodarsk
berada di dekat perbatasan antara dua wilayah yang memisahkan diri yang dikenal
sebagai Republik Rakyat Luhansk dan Republik Rakyat Donetsk.
Dalam
pembicaraan yang ditengahi oleh Perancis dan Jerman, Ukraina dan Rusia
menyepakati serangkaian gencatan senjata dikenal sebagai Perjanjian Minsk untuk
menghentikan konflik, namun kedua belah pihak terus terlibat kontak senjata
hampir setiap hari.
Awal bulan
ini, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mendorong sekutu untuk
mempertahankan sanksi ekonomi terhadap Rusia sampai ada gencatan senjata abadi.
Sementara
Rusia terus mendukung separatis, Barat menopang upaya perang Ukraina melalui
program pelatihan dan bantuan peralatan tidak mematikan yang meliputi
kendaraan, radar kontra-artileri, persenjataan dan peralatan penglihatan malam.
RUU pertahanan terbaru disahkan oleh Kongres AS mengalokasikan tambahan US$ 50
juta untuk bantuan militer Ukraina pada tahun 2017, sehingga total menjadi US$
350 juta.
Tidak jelas
bagaimana Presiden terpilih Donald Trump akan menghadapi konflik ini mengingat
Trump disebut-sebut sejalan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Menurut
laporan PBB pada bulan Juni 2017 sejak konflik di Ukraina dimulai pada bulan
April 2014, hampir 10.000 orang telah tewas dan lebih dari 20.000 terluka. Selain itu lebih dari 1,6 juta orang Ukraina telah terlantar akibat konflik.
0 comments:
Post a Comment