Friday, 2 December 2016

Keunggulan Udara Amerika Tinggal Tersisa Di F-22 Raptor


Sejak Perang Dunia II, AS telah mendominasi langit di setiap wilayah di dunia. Amerika akan sangat mudah melakukan proyeksi kekuatan udara mereka tanpa kekhawatiran tinggi. Tetapi kondisi ini telah tergerus tajam terutama karena kebangkitan Rusia dan China. Bahkan keunggulan Amerika di udara tinggal dimiliki segelintir pilot elite yang membesut jet tempur F-22 Raptor.

Rusia telah mengerahkan baterai rudal pertahanan yang kuat ke Suriah dan Kaliningrad yang secara efektir membuat Angkatan Udara AS tidak dapat beroperasi dalam domain tersebut tanpa risiko tinggi. Obama sendiri mengakui bahwa penyebaran rudal ini sangat menyulitkan dan membatasi pilihan AS untuk proyek kekuatan di Suriah.

Sementara itu, China telah melakukan prestasi yang menakjubkan dalam pembangunan dan milterisasi kawasan Laut Cina Selatan dengan membangun landasan pacu yang memadai, radar yang kuat hingga memungkinkan Beijing untuk mendirikan zona pertahanan dan identifikasi udara. Lagi-lagi Amerika harus berjuang keras untuk mampu menembusnya dengan aman.

Kepal Staf Angkatan Udara Amerika Serikat Jenderal David Goldfein, berbicara selama 'State of the Air Force' di Pentagon, mengakui berkurangnya dominasi udara ini, "Saya percaya itu krisis, superioritas udara bukan merupakan hak asasi Amerika. Ini sebenarnya sesuatu yang Anda harus berjuang untuk mendapatkan dan mempertahankan".

"AS memiliki Angkatan Udara terbesar di dunia, tetapi penting untuk diingat bahwa kekuatan itu tersebar tipis di seluruh dunia. Di Pasifik atau Baltik hanya kekuatan kecil ditempatkan. Pesawat yang ditempatkan juga tidak memiliki paritas yang mencukupi dibandingkan kekuatan Negara lain.

Hanya satu pesawat AS yang tetap memiliki keunggulan ini yakni F-22 Raptor, jet tempur generasi kelima pertama yang pernah dibangun, dan sejauh ini belum ada yang mampu menandinginya. Pesawat ini memiliki kombinasi kemampuan yang lengkap, dari kemampuan manuver tinggi, mampu menyerang dari jarak jauh dan memiliki kemampuan siluman yang bisa menyusupi system radar lawan.

F-35 Lightning II memang bisa disebut sebagai sebuah keajaiban teknologi siluman dan memiliki radar cross section mengesankan karena hanya seukuran bola basket, tetapi tetap tidak bisa mengalahkan F-22 yang hanya bisa terdeteksi seukuran kelereng. Untuk alasan ini, F-22 Raptor menjadi satu-satunya harapan AS untuk menembus ruang udara yang dijaga dengan pelindung paling berbahaya di planet ini. Meski begitu, seorang ahli pertahanan udara Rusia mengatakan kepada Business Insider bahwa F-22 pilot harus memiliki taktis operasional berlian untuk bisa menyerang sasaran-sasaran Rusia dan kembali dengan selamat.

Editor pertahanan The National Interest Dave Majumdar menyebutkan, pilot F-22 saat ini telah dilatih keras untuk mampu membangun strategi yang brilian itu. "Biasanya, kami akan berlatih melawan ancaman terbesar dan paling tangguh karena kita ingin berlatih melawan ancaman terbaru", kata salah satu pilot F-22 dikutip Majumdar.

Meskipun siluman F-22 memiliki keunggulan besar pada serangan jarak jauh, karena mereka dapat menargetkan musuh sebelum musuh mereka dapat melihat mereka, pilot Raptor tetap dilatih untuk melakukan pertarungan jarak dekat. Dave Majumdar meyakinin meski harus berhadapan dengan jet tempur paling canggih Rusia Su-35 dan system pertahanan udara S-300V4 dan S-400, F-22 akan sulit untuk ditembak jatuh. Sayangnya, Amerika hanya memiliki 122 pesawat ini karena harganya yang mahal hingga produksi pesawat akhirnya harus ditutup.

0 comments:

Post a Comment