Panglima
Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim), Laksamana Muda TNI Darwanto akan
lakukan pengadaan kapal guna untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maritim
dunia, dimana harus memiliki Armada TNI Angkatan Laut yang kuat untuk bisa menjamin
kedaulatan laut Nasional. Tentunya, dengan didukung peralatan kapal yang
mumpuni. Rencananya
Pangarmatin akan melakukan peremajaan untuk Kapal Republik Indonesia (KRI).
Menurutnya, KRI yang dimiliki hampir 30 persen sudah harus dinon-aktifkan.
“Kapal yang
kita miliki saat ini sudah harus pensiun. Dari semua jumlah kapal yang ada,
sekitar 30 persen harus diremajakan. Karena idealnya, kapal yang kita miliki
saat ini hanya 70 persen yang mumpuni, jadi harus ditambah 70 persen lagi,”
kata Darwanto usai kegiatan Sarasehan, Jumat (2/12/2016).
Sarasehan
yang bertemakan Armada RI Pengawal Samudra Perekat Nusantara ini, juga dihadiri
oleh Mantan Kasal RI Periode 2002-2005 Laksamana TNI (Purn) Bernard Kent
Sondakh, Guru Besar ITS Prof Daniel Mohammad Rosyid, dan Dr Andi Widjayanto.
Dari program
minimum essential force (MEF) saja lanjut Darwanto, masih ada perencanaan yang
belum terlaksanakan. Sehingga untuk pelaksanaan program Blue Water Navy (BWN)
masih harus menunggu pengadaan kapal baru.
“Konsistensi
kebijakan pembangunan daripada pembangunan kekuatan itu, yang ada sekarang dari
program MEF yang sudah direncanakan belum tercapai. Apalagi kalau kita membuat
program Blue Water Navy. Dan dihadapkan lagi kapal yang kita punya sudah harus
pensiun,” terangnya.
Lebih jauh
Darwanto menjelaskan, peran Armada RI saat ini menjadi roda utama dalam
perairan. Terlebih dalam perdagangan dunia melalui laut, pelabuhan utama
Nasional, badan keamanan laut dan melayani kebutuhan Armada kapal global. Terkait
program Blue Water Navy, Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki
perairan yang cukup besar. Oleh karena itu, membutuhkan kapal-kapal yang cukup
besar untuk menunjang kedaulatan dan hukum di laut sesuai dengan tugas yang
diemban.
“Karena kita
ada dua kegiatan operasi militer perang yang memerlukan kapal besar, dan
operasi militer selain perang seperti dalam kaitannya itu dimanfaatkan
pemerintah untuk kepentingan terkait poros maritim dunia seperti Mobile
Market,” tandas pria yang juga Ketua Pengurus Besar Persatuan Olaraga Layar
Seluruh Indonesia (PB Porlasi) ini.
0 comments:
Post a Comment