Monday 5 December 2016

Bofors 375mm: Peluncur Roket Anti Kapal Selam Frigat Kelas Fatahillah TNI AL


Selain RBU-6000 yang merupakan sista (sistem senjata) peluncur roket anti kapal selam buatan Rusia, TNI AL dalam gelar operasinya juga mengandalkan sista Bofors 375mm, peluncur roket anti kapal selam buatan Bofors (kini Saab Underwater Systems) dari Swedia. Adopsi Bofors 375mm oleh TNI AL bahkan sudah lebih dulu ketimbang RBU-6000. Pasalnya Bofors 375mm menjadi alutsista yang melekat pada frigat kelas Fatahillah, yang terdiri dari KRI Fatahillah (361), KRI Malahayati (362) dan KRI Nala (363).


Bofors 375mm sebagai anti submarine warfare weapon systems, mulai dikembangkan pada tahun 1954, versi pertama (prototipe) mengusung empat laras peluncur roket, mulai diproduksi pada 1956 dan digunakan oleh AL Belanda.

Kemudian di tahun 1967, Creusot Loire mengadakan perjanjian kerjasama dengan Bofors untuk memodifikasi Bofors 375mm hingga diwujudkan dalam versi dua laras peluncur roket. Versi ini disebut sebagai modele 54, dan inilah peluncur roket anti kapal selam yang kini berada di geladak KRI Fatahillah. Bofors 375mm dual laras in imulai diproduksi pada tahun 1972, dan sampai saat ini telah digunakan oleh 14 angkatan laut di seluruh Dunia. Saking populernya, Jepang kemudian memproduksi berdasarkan lisensi, dan diberi kode Type 71.

Bagaimana unjuk kinerja senjata ini?. Pertama dari sisi peluncur, sistem peluncur ini dapat melontarkan roket sejauh 1,6 nautical mile (sekitar 2.963 meter). Peluncur dapat melepaskan satu roket per satu detik dengan kecepatan lontar 180 meter per detik. Untuk menghadapi target kapal selam yang bermanuver dinamis, laras peluncur dapat digerakkan mulai dari 8 sampai 90 derajat. Sistem pengisian amunisi mengadopsi moda otomatis reload. Proses reload sendiri hanya membutuhkan waktu kurang dari 60 detik.



Untuk jenis amunisinya ada dua pilihan, yakni roket ASW Erika yang bisa menjangkau jarak 1.600 meter, atau roket Nelli yang bisa menjangkau target sejauh 3.600 meter. Keseluruhan sistem pengendalian senjata ini dioperasikan dari Pusat Informasi Tempur. Setelah roket jatuh di permukaan air, selanjutnya roket akan berperan ibaratnya bom laut yang bakal meledak jauh di bawah permukaan air. Posisi kedalaman ledakan bisa di setting sebelumnya.

Setiap roket dapat membawa hulu ledak antara 80 sampai 120 kg, dan bisa dibayangkan efek ledaknya mampu membuat tekanan kejut yang luas biasa tinggi, sehingga kapal selam bisa mengalami rusak berat, atau bahkan jika koordinat ledakan pas, dapat menghancurkan kapal selam lawan. Dalam kesiapan tempur, setiap frigat dapat membawa bekal hingga 54 roket.

Selain Indonesia, Bofors 375mm versi dua laras juga digunakan oleh frigat di AL Brazil (kelas Niteroi), AL Mesir (kelas Descubierta), AL Malaysia (FS-1500), AL Maroko (kelas Descubierta), AL Nigeria (kelas Erin’mi), dan AL Spanyol (kelas Descubierta).

0 comments:

Post a Comment