Selain
RBU-6000 yang merupakan sista (sistem senjata) peluncur roket anti kapal selam
buatan Rusia, TNI AL dalam gelar operasinya juga mengandalkan sista Bofors
375mm, peluncur roket anti kapal selam buatan Bofors (kini Saab Underwater
Systems) dari Swedia. Adopsi Bofors 375mm oleh TNI AL bahkan sudah lebih dulu
ketimbang RBU-6000. Pasalnya Bofors 375mm menjadi alutsista yang melekat pada
frigat kelas Fatahillah, yang terdiri dari KRI Fatahillah (361), KRI
Malahayati (362) dan KRI Nala (363).
Bofors 375mm
sebagai anti submarine warfare weapon systems, mulai dikembangkan pada tahun
1954, versi pertama (prototipe) mengusung empat laras peluncur roket, mulai
diproduksi pada 1956 dan digunakan oleh AL Belanda.
Kemudian di
tahun 1967, Creusot Loire mengadakan perjanjian kerjasama dengan Bofors untuk
memodifikasi Bofors 375mm hingga diwujudkan dalam versi dua laras peluncur
roket. Versi ini disebut sebagai modele 54, dan inilah peluncur roket anti kapal
selam yang kini berada di geladak KRI Fatahillah. Bofors 375mm dual laras
in imulai diproduksi pada tahun 1972, dan sampai saat ini telah digunakan oleh
14 angkatan laut di seluruh Dunia. Saking populernya, Jepang kemudian
memproduksi berdasarkan lisensi, dan diberi kode Type 71.
Bagaimana
unjuk kinerja senjata ini?. Pertama dari sisi peluncur, sistem peluncur ini
dapat melontarkan roket sejauh 1,6 nautical mile (sekitar 2.963 meter).
Peluncur dapat melepaskan satu roket per satu detik dengan kecepatan lontar 180
meter per detik. Untuk menghadapi target kapal selam yang bermanuver dinamis,
laras peluncur dapat digerakkan mulai dari 8 sampai 90 derajat. Sistem
pengisian amunisi mengadopsi moda otomatis reload. Proses reload sendiri hanya
membutuhkan waktu kurang dari 60 detik.
Untuk jenis
amunisinya ada dua pilihan, yakni roket ASW Erika yang bisa menjangkau jarak
1.600 meter, atau roket Nelli yang bisa menjangkau target sejauh 3.600 meter. Keseluruhan sistem pengendalian senjata ini dioperasikan dari Pusat Informasi
Tempur. Setelah roket jatuh di permukaan air, selanjutnya roket akan berperan
ibaratnya bom laut yang bakal meledak jauh di bawah permukaan air. Posisi
kedalaman ledakan bisa di setting sebelumnya.
Setiap roket
dapat membawa hulu ledak antara 80 sampai 120 kg, dan bisa dibayangkan efek
ledaknya mampu membuat tekanan kejut yang luas biasa tinggi, sehingga kapal
selam bisa mengalami rusak berat, atau bahkan jika koordinat ledakan pas, dapat
menghancurkan kapal selam lawan. Dalam kesiapan tempur, setiap frigat dapat
membawa bekal hingga 54 roket.
Selain
Indonesia, Bofors 375mm versi dua laras juga digunakan oleh frigat di AL Brazil
(kelas Niteroi), AL Mesir (kelas Descubierta), AL Malaysia (FS-1500), AL Maroko
(kelas Descubierta), AL Nigeria (kelas Erin’mi), dan AL Spanyol (kelas
Descubierta).
0 comments:
Post a Comment