Jaringan
teror seperti kelompok militan Islamic State (ISIS) mengembangkan taktik mereka
untuk menyerang sasaran lunak di Eropa. Itu bisa dilihat dari penggunaan bom
mobil mematikan. Peringatan itu muncul dari Europol, pada Jumat 2 Desember 2016.
Serangan
militan di negara-negara anggota Uni Eropa belum menggunakan "bahan
peledak buatan, komersial atau militer yang dimuat dalam kendaraan"
seperti di Suriah atau Irak, kata Europol dalam sebuah laporan yang dikeluarkan
di Den Haag.
"Tapi
mengingat fakta bahwa modus operandi digunakan di negara-negara Timur Tengah
cenderung ditiru oleh teroris yang beroperasi di Eropa, dapat dibayangkan bahwa
kelompok militan akan menggunakan ini pada tahap tertentu," kata lembaga
kepolisian benua Eropa seperti dikutip AFP, Jumat (2/12/2016).
Kelompok ini
bertanggung jawab atas serangan di Paris setahun lalu dan di Brussels Maret
silam. Mereka ingin menyebarkan perangkat tersebut sampai tindakan polisi
memaksa mereka mengubah rencana, menurut laporan itu.
Militan
membantai 130 orang pada November 2015 dalam serangan di konser Bataclan,
beberapa bar, dan restoran di timur Paris, dan stadion nasional Perancis. Di Belgia,
pengebom bunuh diri menyerang bandara Brussels dan stasiun metro dekat markas
Uni Eropa pada 22 Maret yang menewaskan 32 orang.
Laporan 14
halaman dari Europol, berisi kemutakhiran pada metode dan taktik yang digunakan
oleh ISIS, juga mengatakan, para ahli kontra-teror khawatir bahwa perselisihan
di Libya bisa berkembang menjadi "batu loncatan kedua untuk ISIS, setelah
Suriah, serangan di Uni Eropa, dan Afrika Utara.
"Sejak
pemberontakan bersenjata lima tahun yang lalu berhasil menjungkalkan diktator
Muamar Kadhafi, negara Afrika Utara telah diganggu oleh kekerasan dan
ketidakstabilan politik.
Laporan itu
lebih lanjut berbunyi: Para ahli berharap ISIS akan mulai merencanakan dan
mengirim serangan dari Libya di fase saat ini, terutama setelah fokus mereka
soal menduduki wilayah dan mengirim musuh lokal, akan selesai. Pasukan
keamanan Eropa menangkap 667 tersangka atas dugaan kegiatan militan pada 2015,
laporan tersebut menambahkan.
0 comments:
Post a Comment