Kebijakan
kontroversial Presiden Filipina Rodrigo Duterte dalam memberantas penjahat
narkoba dan pelaku kriminal terus berlanjut meski dikritik. Kepolisian nasional
Filipina mengakui lebih dari 5.900 orang tewas dalam perang melawan narkoba.
Semenjak
Duterte menjabat pada awal Juni lalu, kepolisian Filipina terus melakukan
perang berdarah melawan para pengguna dan pengedar narkoba. Perang itu memicu
banyak korban tewas, baik di tangan polisi maupun di tangan pembunuh bayaran.
Seperti
dilansir CNN, Selasa (13/12/2016), data statistik yang dirilis Kepolisian
Nasional Filipina pekan ini, menyatakan ada 5.927 kematian dalam perang melawan
narkoba untuk periode 1 Juli hingga 12 Desember.
Dari jumlah
itu, sebanyak 2.086 orang tewas dalam berbagai operasi yang digelar kepolisian
Filipina. Sedangkan 3.841 orang tewas dalam pembunuhan di luar hukum atau
pembunuhan yang dilakukan pembunuh bayaran. Lalu, lebih
dari 40 ribu tersangka dilaporkan ditangkap dalam operasi kepolisian setempat.
Kebijakan
Duterte yang memperbolehkan pembunuhan penjahat narkoba dan pelaku kriminal di
Filipina memicu banyak kritikan. Kebijakan
itu dianggap menyalahi prosedur hukum dan juga hak asasi manusia.
Duterte
sempat beradu argumen dengan pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Presiden
Barack Obama yang terus mengkritiknya terkait hal yang disebut sebagai
'pembunuhan di luar hukum'. Namun dengan
presiden terpilih AS Donald Trump, sikap Duterte melunak. Terlebih setelah
Trump menyebut perjuangan Duterte melawan narkoba sudah dilakukan dengan 'cara
yang benar'.
0 comments:
Post a Comment