Rusia
menyebut Amerika Serikat (AS) bermuka dua, terkait kebijakan anti-teror yang
diterapkan AS di Suriah. Moskow mengatakan, di satu sisi AS memerangi ISIS,
tapi di sisi lain mereka membiarkan al-Nusra bebas berkeliaran di Suriah.
Menteri Luar
Negeri Rusia Sergei Lavrov menuturkan, AS kemungkinan "memelihara"
al-Nusra untuk membantu pemberontak Suriah mencongkel posisi Presiden Suriah
Bashar al-Assad. "Ada sejumlah besar alasan untuk percaya al-Nusra sedang
terhindar sebagai kekuatan tempur berkemampuan paling efektif, yang menentang
pemerintah agar dapat digunakan untuk menggulingkan pemerintah Suriah yang sah
pada saatnya tiba," ucap Lavrov, seperti dilansir Russia Today pada Selasa
(13/12/2016).
Dia juga
menyatakan, harapan AS akan berhenti membebaskan para militan dan akan
mengkonfirmasi komitmen AS untuk mencapai kesepakatan mendasar soal upaya tanpa
kompromi melawan terorisme. Pada saat yang sama, ia mengakui pembicaraan antara
Rusia dan Amerika Serikat di Suriah sulit.
"AS
telah kembali ke posisinya. Washington kembali lagi menuntut Rusia dan
pemerintah Suriah menawarkan jeda kemanusiaan lain di Aleppo yang bisa bertahan
tiga sampai tujuh hari sebelum adanya pembahasan mengenai koordinasi militan
meninggalkan Aleppo," sambung Lavrov. Jeda
kemanusiaan itu berarti kembali memberikan waktu kepada militan. Kami telah
melalui ini sebelumnya," tukas politisi senior Rusia tersebut.
0 comments:
Post a Comment