Berbagai
selentingan kabar bahwa Myanmar didesak untuk segera keluar dari ASEAN pun
bermunculan. Pasalnya, Myanmar dianggap telah melakukan pembantaian dan
kekerasan terhadap etnis Rohingya di Rakhine State.
Seorang
pejabat di pemerintahan Malaysia mendesak agar ASEAN meninjau kembali
keanggotaan Myanmar di ASEAN dikarenakan ada indikasi Myanmar melakukan
'pembersihan etnik'.
"Nggak
mungkin, dong. Tidak segampang itu dan tidak segampang membalikkan telapak
tangan. Makanya, semua itu dilihat secara keseluruhan. Tidak dari satu sisi
saja,"tegas Wakil Menteri Luar Negeri RI, AM Fachir, ketika ditemui di
Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta, Kamis (1/12/2016).
Sementara
itu, kunjungan ikon demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi ke Indonesia yang
ditunda, tampaknya akan diatur ulang. Kunjungannya
akan diatur ulang jadwalnya, namun belum tahu kapan. Suu Kyi juga sudah surati
Presiden Joko Widodo, berterima kasih kepada Indonesia dan meminta pengertian
terkait kondisi Myanmar yang berakibat ke penundaan kunjungan," ucap Fachir.
Suu Kyi
direncanakan akan mengunjungi Indonesia setelah kunjungan dari Singapura dari
30 November hingga 2 Desember. Tetapi seorang pejabat tinggi Kemenlu Myanmar
membenarkan bahwa rencana perjalanan ke Indonesia ditunda.
Ketika
ditanya apakah penundaan kunjungan Suu Kyi dikarenakan munculnya gelombang
demonstrasi yang dilakukan ormas dan mahasiswa Indonesia, Fachir membantahnya. "Bukan karena
alasan demo juga, karena memang keadaan negaranya sedang seperti itu. Wajar
jika seorang kepala negara menunda kunjungannya karena keadaan negaranya sedang
genting," ujarnya lagi.
Mantan duta
besar RI untuk Arab Saudi ini pun memaparkan bahwa Indonesia melakukan
pendekatan yang komperehensif kepada Myanmar terkait kasus ini. "Maka
pendekatan yang kita lakukan tidak lepas dari isu HAM dan kemanusiaan. Upaya
kita untuk tetap menghormati isu-isu domestik tapi kita ikut membantu juga di
mana langkah-langkah kita bisa membantu konsolidasi mereka," pungkasnya.
0 comments:
Post a Comment