Thursday, 22 December 2016

Perkuat Skadron Udara 800, TNI AL Berencana Tambah NC-212 200 MPA dari PT Dirgantara Indonesia


Dengan alokasi dana US$162 juta, di MEF (Minimum Essential Force) II periode 2015 - 2019, TNI AL mendapat kesempatan dari Kementerian Pertahanan (Kemhan) untuk menambah armada pesawat intai maritim (MPA - Maritime Patrol Aircraft). Dan merespon kesempatan tersebut, kini pihak TNI AL dikabarkan tengah melakukan pembicaraan dengan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) untuk kemungkinan pengadaan dua unit NC-212-200 MPA. Jenis pesawat intai ringan twin engine propeller yang sebelumnya telah dimiliki Puspenerbal TNI AL sejak tahun 2007.

Mengutip dari Janes,com (22/12/2016), rencananya tambahan dua unit NC-212-200 MPA untuk memperkuat armada pesawat intai di Skadron Udara 800 yang bermarkas di Lanudal Juanda, Surabaya, Jawa Timur. Saat ini Puspenerbal mengoperasikan tiga unit NC-212-200 MPA. Awalnya NC-212-200 MPA adalah varian angkut yang kemudian dikonversi ke varian MPA. Setelah dikonversi menjadi pesawat patroli maritim, ada perbedaaan dari sisi penampakan, yang paling kentara adalah moncong (hidung) pesawat yang jadi mancung, hal ini untuk menampung hardware dari Ocean Master Surveillance Radar.


Lantas yang menjadi keunggulan dari NC-212-200 MPA TNI AL?. Yang paling kentara adalah keberadaan perangkat Thales AMASCOS (Airborne Maritime Situation and Control System) yang dipadukan dengan radar Ocean Master Surveillance, jarak jangkau radar ini bisa menjangkau target sejauh 180 km. Perangkat radar tadi dikombinasikan juga dengan Chlio FLIR (Forward Looking Infa Red) yang dapat mendeteksi sasaran sejauh 15 km. FLIR disematkan tepat dibawah moncong pesawat, berkat adanya FLIR maka pesawat dalam kegelapan malam dapat mengendus keberadaan kapal kecil yang sedang melaju, bahkan periskop kapal selam dalam kegelapan malam dapat terpantau lewat FLIR di NC-212-200 MPA.


Selain digunakan oleh Indonesia, jenis pesawat patrol maritim ini juga digunakan oleh Mexico, Swedia, Spanyol, Sudan, Venezuela, dan Vietnam. Penempatan di masing-masing negara tak melulu di AL, seperti Swedia yang menggunakan pesawat ini untuk penjaga pantai, dan Vietnam mengusung versi terbaru C-212 400 MPA yang digunakan oleh pihak polisi maritim.

Dilihat dari kelengkapan teknologi yang diusung, NC-212-200 MPA nampaknya cukup ideal untuk mengawasi perairan Indonesia, meski secara terbatas. Kemampuannya yang dapat terbang hingga 6 jam, plus jarak jangkau hingga 1.349 km, menjadi benefit tersendiri dari keberadaan pesawat ini. Tapi lepas dari itu, sifatnya yang low maintenance, dan dapat beroperasi di landasan yang terbatas adalah poin terpenting.

Dalam operasionalnya, NC-212-200 MPA diawaki oleh enam personel, terdiri dari pilot, co-pilot, satu engineer, satu operator radar, dan dua pengamat (observer). Khusus untuk pengamat, dibekali kamera Nikon dengan lensa zoom untuk mengabadikan momen penting di lautan. Seperti halnya pesawat intai maritim dengan mesin propeller, NC-212 juga kerap terbang rendah guna mendekati obyek yang dipantau, tidak jarang pesawat terbang 100 feet (30,48 meter) dari atas permukaan laut. Secara umum, NC-212-200 MPA dapat terbang non stop selama 6 jam dengan jangkauan maksimum 710 nm (nautical mile) atau sekitar 1.349 km.

Meski Puspenerbal kini telah mendapat pesawat intai yang lebih besar, yakni CN-235 220 MPA produksi PT DI, namun platform pesawat intai yang lebih kecil seperti NC-212 tetap dibutuhkan, mengingat kemampuan STOL (Short Take Off Landing) pesawat “Aviocar” ini jauh lebih pas untuk meladeni landasan kecil di pulau-pulau terluar. Bila nantinya TNI AL jadi mengakuisisi NC-212-200 MPA dari PT DI, tentu besar harapan agar kemampuanya akan lebih baik dari tiga pesanan sebelumnya.

0 comments:

Post a Comment