Para pejabat
Pentagon mengkonfirmasi bahwa Rusia telah melakukan uji coba drone selam
revolusioner yang jadi ancaman strategis bagi Amerika Serikat (AS). Drone selam
itu disebut Pentagon mampu membawa bom termonuklir dahsyat.
Uji coba
drone selam revolusioner Rusia itu diam-diam dipantau badan-badan intelijen
AS. Pentagon memberinama kode “Kanyon” untuk kendaraan bawah air Rusia yang
diuji coba.
Menurut
seorang pejabat Pentagon yang mengetahui perihal tes tersebut, drone
revolusioner Rusia diluncurkan dari kapal selam Sarov class pada 27 November
2016. Namun, Pentagon tidak merinci soal lokasi tes dan hasilnya.
Juru bicara
Pentagon Kapten Jeff Davis menolak berkomentar banyak soal manuver berbahaya
Rusia ini. ”Kami terus memantau perkembangan militer Rusia di bawah laut, tapi
kami tidak akan berkomentar secara khusus tentang mereka,” kata Davis, yang
dilansir Jumat (9/12/2016).
Pengembangan
drone selam baru Rusia pertama kali diungkap oleh Washington Free Beacon pada
bulan September 2015 dan kemudian dikonfirmasi oleh militer Rusia dua bulan
kemudian. Para pejabat Rusia mengatakan pengungkapan program rahasia itu
sebagai tindakan kekeliruan.
Rusia
menamai program pengembangan kendaraan tanpa awak itu sebagai Ocean
Multipurpose System 'Status-6'. Pengembangnya adalah biro desain TsKB MT
Rubin Rusia, entitas industri pertahanan yang membangun semua kapal selam
Rusia.
Badan-badan
intelijen AS memperkirakan Kanyon Rusia akan dilengkapi dengan hulu ledak
nuklir berskala multi-megaton. Satu megaton bom tersebut setara dengan satu
juta ton TNT. Sekadar diketahui, bom atom yang dijatuhkan AS di Hiroshima di
masa lalu berkekuatan 16 kiloton.
Status-6
Rusia juga diduga mampu melakukan perjalanan bawah laut untuk jarak 6.200
mil. Drone selam
Rusia ini, menurut laporan Washington Free Beacon dapat menenggelamkan diri
hingga kedalaman 3.280 kaki pada kecepatan hingga 56 knot.
0 comments:
Post a Comment