Pada
peringatan HUT ke-71 Armada Republik Indonesia, Komandan Pangkalan Utama
Angkatan Laut VI Makassar, Laksamana Pertama TNI Yusup, mengungkapkan jika TNI
AL masih kekurangan alutsista untuk menjaga kawasan perairan Indonesia. Sebagai
negara dengan wilayah mayoritas laut, diharapkan TNI memiliki lebih dari 700
Kapal perang Republik Indonesia (KRI).
Menurut
Yusup, 700 KRI tersebut harus dipenuhi untuk menunjang komponen sistem senjata
armada terpadu. Apalagi, Minimum Essential Forceatau kekuatan pokok minimum
pertahanan, segera direalisasikan pada 2020.
Ada tiga
tahapan, yaitu MEF tahap I (2010-2014), MEF tahap II (2015-2019), dan MEF tahap
III (2020-2024). Dari tahun ke tahun, tahap ke tahap, anggaran untuk membeli
dan memperbaharui alutsista perlahan kita laksanakan," kata Yusup usai upacara
memperingati HUT Armada RI di Dermaga Layang Lantamal VI, Jalan Yos Sudarso,
Makassar, Sulawesi Selatan, Senin, 5 Desember 2016.
"Khusus untuk
kapal perang TNI AL, saat ini baru sekitar 160 kapal yang beroperasi. Dari
jumlah itu, sebagian di antaranya juga butuh peremajaan. Untuk jumlah
memang kita sebagai negara kepulauan membutuhkan kapal perang yang cukup
banyak. Itu semua nantinya tergantung anggaran. Kalau misalnya nanti negara
kita kaya, hampir 700-an yang kita perlukan," ungkapnya.
Selain itu,
Yusup berharap pemerintah Indonesia dapat meningkatkan dukungannya terhadap
kapal perang dan kapal laut produksi dalam negeri. Dia menilai, KRI hasil
produksi dalam negeri cukup efektif meminimalisasi pengeluaran anggaran. Kemudian,
pelatihan dan pembinaan bagi marinir TNI AL dalam mengoperasikan sistem
teknologi kapal perang. Caranya dengan memberikan pelatihan khusus untuk
mengoperasikan sistem dan teknologi terbaru.
"Jadi,
angkatan udara dan angkat laut itu sangat kental dengan teknologi. Semua mengikuti kemajuan teknologi. SDM harus dibina, dan dilatih untuk mampu menguasai
pengoperasian mesin-mesin dan teknologi alutsista yang semakin maju itu," tuturnya.
0 comments:
Post a Comment