Wednesday, 21 December 2016

Jet Tempur Murah, Kenapa Tidak?


Membangun kekuatan udara membutuhkan biaya besar. Apalagi jika harus membeli jet-jet tempur canggih dan paling modern. Bagi negara-negara dengan ekonomi pas-pasan, jelas ini menjadi pekerjaan berat.

Kerap juga muncul masalah, jet tempur mahal tidak sebanding dengan ancaman yang dihadapi sebuah negara. Banyak negara yang memiliki ancaman rendah sehingga jika membeli pesawat mahal sama saja dengan buang-buang uang. Pada kondisi ini, pesawat tempur murah masuk ke pasar dan menjadi pilihan banyak negara.

Tak kurang Amerika Serikat yang mengalami penurunan anggaran militer terus-terusan, meski di satu sisi mereka menggeber pembangunan pesawat F-35, tetapi pembentukan kekuatan udara dengan pesawat biaya rendah juga dilakukan.

Sedikit menengok kembali di ajang Farnborough Air Show di Inggris Juli 2014 lalu. Ada dua hal menonjol yang dibicarakan dalam ajang ini. Pertama, gagalnya F-35 Ligthing II melakukan debut pertamanya di luar Amerika setelah mengalami insiden kebakaran mesin. Padahal semula pesawat ini diprediksi akan menjadi bintang pameran.

Hal kedua yang dibicarakan adalah hadirnya sebuah jet tempur baru yang hanya membutuhkan waktu dua tahun dari dia dirancang hingga bisa melakukan penerbangan panjang menyeberang Atlantik. Yakni Textron Scorpion. Pesawat dengan biaya $20 juta saja. Tidak lebih dari seperlima biaya yang dibutuhkan untuk F-35. Pesawat ini pun menarik perhatian banyak negara.

Textron Scorpion Light Attack Aircraft

Presiden Textron Airland Bill Anderson mengatakan, dalam beberapa decade pengembangan pesawat tempur selalu fokus pada pesawat mahal bahkan super mahal. Lihat saja pada F-35 dan F-22 Raptor, Eurofighter Typhoon atau Boeing F/A-18. 

Namun dari sisi ekonomi, pesawat-pesawat tersebut telah memunculkan masalah. Apalagi untuk negara-negara yang ekonominya cekak, untuk negara besar di Eropa saja untuk membeli pesawat semahal itu benar-benar harus berpikir keras terlebih dahulu.

Textron bukan satu-satunya yang menciptakan teknologi untuk mengatasi masalah ini. Sejumlah jet tempur dengan biaya rendah juga sedang dibangun untuk kemudian dengan biaya rendah bisa bergabung ke layanan militer di sejumlah negara. China misalnya, sedang mengembangkan jet tempur JF-17 yang dibangun dengan Pakistan. Harganya juga dibanderol pada US$ 20 juta. Sementara itu, Rusia juga memiliki Yak-130, juga telah disebut-sebut sebagai pesawat penerbangan murah untuk melaksanakan segala misi pertempuran dan pengintaian.

YAK-130

Ada sejumlah kondisi pelanggan potensial untuk pesawat seperti Scorpion dan sekelasnya yang memiliki kecepatan tertinggi sekitar 520mph. Yang pertama adalah kekuatan udara yang menginginkan pesawat jet kecil yang mampu melaksanakan berbagai misi pertempuran dan intelijen yang lebih baik dari yang mereka miliki sekarang ini. Banyak negara yang hingga saat ini masih mempertahankan pesawat-pesawat tua. Terutama negara-negara di Afrika dan Amerika Latin serta Asia.

Yang kedua adalah negara-negara yang sudah memiliki, atau sedang mengembangkan, pasukan tempur high-end. Tetapi mereka hanya membeli sedikit pesawat mahal tersebut dan sebagian besar kebutuhan kekuatan udara mereka dibebankan pada pesawat yang lebih low end untuk misi sederhana dalam lingkungan berisiko rendah.

Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana caranya bisa membuat pesawat dengan teknologi tinggi tetapi dengan biaya rendah??

Kenapa Bisa Bikin Jet Tempur Murah?

Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana caranya membuat sebuah pesawat dengan tingkat komplesitas teknologi yang tinggi tetapi murah?. Textron menjawab dengan membuat pesawat dengan menggunakan komponen yang sudah diproduksi.

Jadi tidak merancang yang baru seperti apa yang dilakukan di F-35 misalnya. Bahkan untuk mesin F-35 pun merancang yang benar-benar baru dan khusus. Pengembangan teknologi baru jelas membutuhkan biaya penelitian yang sangat mahal dan lama.

“Setelah kami mengembangkan konsep desain awal kita menetapkan persyaratan desain tingkat tinggi bagi tim, dan kami tidak membebani mereka dengan banyak persyaratan rinci,” kata Kepala perancang Scorpion, Dale Tutt.

“Kami tidak harus menginvestasikan waktu dalam mengembangkan, misalnya, mesin atau kursi ejeksi baru. Kami mampu untuk fokus pada menempatkan komponen-komponen bersama-sama agar pesawat mendapatkan kemampuan terbang.”

Textron juga memiliki keuntungan dari tidak harus memenuhi persyaratan suatu bangsa tertentu atau angkatan udara. Ini berarti bahwa tim pengembangan dapat membuat perubahan pada desain jika mereka merasa itu akan membantu proyek secara keseluruhan.

“Sebuah contoh yang bagus adalah Martin Baker,” kata Presiden Textron Airland Bill Anderson. “Mereka mengirim sekelompok insinyur dan melihat desain kokpit kami, dan mereka mengatakan, ‘Yah, kursi kami tidak akan bekerja. Dan jika kami melakukan perubahan butuh beberapa juta dollar dan setidaknya 18 bulan kerja. Tapi jika Anda bisa memberi kita ruangan sekitar lima inci lagi, tiga panjang dan dua lebar kursi ini akan bekerja ‘. Lalu apa yang kita lakukan? Ya sudah kami akhirnya membuat kokpit sedikit lebih besar. ”

Scorpion juga tidak membutuhkan fasilitas mewah. Sebelum tampil di Farnborough pesawat ini melakukan latihan di kampung halaman Textron di Kansas yang murah. Dalam latihan mereka melakukan simulasi setelah terjadinya bencana alam (serangan tornado besar) pada daerah. Jet itu tidak digunakan dalam peran tempur, melainkan diberikan full-motion rekaman video surveillance untuk pasukan darat, dalam peran yang seperti yang dilakukan drone di Afghanistan.

Textron memang belum mendapat pesanan resmi, tetapi diyakni pesawat ini pada satu saat akan memetik kesuksesan ketika negara-negara miskin dipaksa untuk mengganti jet tempur tua mereka.

Scorpion juga terus mengembangkan kemampuan dengan sukses menembakkan uji sejumlah rudal. Pesawat juga telah diuji oleh Angkatan Udara Amerika. Sementara Inggris dikabarkan tertarik untuk menggunakannya sebagai agressor.

“Bahkan di antara negara-negara yang sangat kaya kita berbicara kepada semua orang dan mereka mengakui kita harus menjadi lebih ekonomis,” Anderson menekankan.

“Tidak diragukan lagi kita perlu jet tempur yang mahal. Tetapi pilot harus terbang, dan kita tidak mampu membayar pesawat yang kita milik karena masalah biaya.”

0 comments:

Post a Comment