Wednesday 21 December 2016

Lockheed L-100-30 TNI AU: Transformasi Pesawat Sipil Untuk Kebutuhan Militer


Selain dikenal super kondang sebagai pesawat angkut berat legendaris, masih banyak hal menarik dari sosok Lockheed C-130 Hercules. Salah satunya adalah adanya keluarga Sang Hercules yang didapuk sebagai pesawat sipil. Ya meski berperawakan bongsor, namun L-100-30 begitu kental kemiripannya dengan C-130, bahkan masih banyak orang yang kesulitan membedakan diantara keduanya. Dan di Indonesia, L-100-30 sampai saat ini masih aktif beroperasi, melengkapi etalase Skadron Udara 17 dan Skadron Udara 31.

Meski begitu mirip dengan C-130, L-100 yang juga buatan Lockheed bila diperhatikan ada sedikit pembedanya. Dari aspek permesinan, disebut-sebut dapur pacunya memang tidak se-strong C-130, meski punya kemampuan kargo, L-100 pada hakekatnya diciptakan sebagai transformasi dari pesawat angkut untuk menjadi pesawat penumpang, dan bisa dilihat bahwa pada bagian depan L-100 dilengkapi beberapa jendela khas pesawat penumpang.

Merujuk ke sejarahnya, Lockheed memutuskan untuk memproduksi varian sipil C-130 Hercules pada dekade 60-an. Sebagai platform pengembangan, Lockheed memanfaatkan basis C-130E Hercules yang sudah dispilkan. Selanjutnya prototipe pertama L-100 terbang perdana pada 20 April 1964 dengan melaukan penerbangan selama satu jam 25 menit. Kemudian sertifikasi kelayakan penerbangan L-100 resmi didapat pada 16 Februari 1965. Pesanan perdana L-100 berjumlah 21 unit untuk Continental Air Services pada tahun 1965.

Sayangnya tidak seperti penjualan C-130 yang topcer, sebaliknya penjualan L-100 terbilang lesu, ini menyebabkan pengembangan L-100 terbilang lambat. Namun Lockheed tetap menawarkan L-100 dalam beberapa varian, mulai dari L-100-20, L-100-30, dan LM-100J. Total hanya 114 L-100 yang terjual, produksi terakhir terjadi pada tahun 1992.

Di kemudian hari L-100 dikembangkan menjadi L-100J yang ekuivalen dengan C-130J lengkap dengan mesin turboprop canggih Rolls-Royce (Allison) AE-2100D3, baling-baling enam bilah, dan EFIS dua kru, tapi program ini dibatalkan pada tahun 2000 karena Lockheed ingin fokus di versi militer saja.


Diantara varian L-100, yang paling laris adalah L-100-30. Ciri khas L-100-30 yakni punya bodi lebih panjang 2,03 meter dari seri L-100-20. Dan yang saat ini dioperasikan TNI AU adalah jenis L-100-30. Salah satu yang fenomenal adalah L-100-30 dengan nomer A-1314, pesawat ini dibeli baru dan digunakan untuk sarana angkut VIP/VVIP di Skadron Udara 17. Nah, populasi L-100-30 juga terdapat di Skadron Udara 31, namun L-100-30 di Skadron ini didatangkan sebagai bagian dari program hibah.

Sesuai kebijaksanaan pemerintah, pada tahun 1995 TNI AU mendapat hibah dua unit L-100-30 dari maskapai Merpati Nusantara Airlines, dan tiga unit L-100-30 dari Pelita Air service. Kelima pesawat tersebut kini menjadi etalase Skadron Udara 31, masing-masing dengan nomer A-1325, A-1326, A-1327, A-1338 dan A-1329.


Mengutip sumber dari situs saadonline.co.uk, disebutkan bahwa L-100 milik Pelita Air Service ada empat unit, yakni PK-PLR, PK-PLU, PK-PLV dan PK-PLW. Selain hadir dalam corak warna yang dinamis, armada L-100 milik Pelita Air Services pernah disewa oleh HeavyLift pada pertengahan tahun 90-an. 


Tiga unit L-100 Pelita dikontrak oleh Ford Motor Company untuk memidahkan suku cadang dan kendaraan lintas Eropa. Pada tahun 1994, satu unit L-100 Pelita Air Service ada yang dilibatkan dalam misi reaksi cepat mengatasi tumpahan minyak di lepas pantai Afrika Selatan.

Di luar Indonesia, L-100-30 juga dioperasikan oleh angkatan udara di Aljazair, Ekuador, Kuwait, Peru, Filipina dan Saudi Arabia.

0 comments:

Post a Comment