Selain
dikenal super kondang sebagai pesawat angkut berat legendaris, masih banyak hal
menarik dari sosok Lockheed C-130 Hercules. Salah satunya adalah adanya
keluarga Sang Hercules yang didapuk sebagai pesawat sipil. Ya meski
berperawakan bongsor, namun L-100-30 begitu kental kemiripannya dengan C-130,
bahkan masih banyak orang yang kesulitan membedakan diantara keduanya. Dan di
Indonesia, L-100-30 sampai saat ini masih aktif beroperasi, melengkapi etalase
Skadron Udara 17 dan Skadron Udara 31.
Meski begitu
mirip dengan C-130, L-100 yang juga buatan Lockheed bila diperhatikan ada
sedikit pembedanya. Dari aspek permesinan, disebut-sebut dapur pacunya memang
tidak se-strong C-130, meski punya kemampuan kargo, L-100 pada hakekatnya
diciptakan sebagai transformasi dari pesawat angkut untuk menjadi pesawat
penumpang, dan bisa dilihat bahwa pada bagian depan L-100 dilengkapi beberapa
jendela khas pesawat penumpang.
Merujuk ke
sejarahnya, Lockheed memutuskan untuk memproduksi varian sipil C-130 Hercules pada
dekade 60-an. Sebagai platform pengembangan, Lockheed memanfaatkan basis C-130E
Hercules yang sudah dispilkan. Selanjutnya prototipe pertama L-100 terbang
perdana pada 20 April 1964 dengan melaukan penerbangan selama satu jam 25
menit. Kemudian sertifikasi kelayakan penerbangan L-100 resmi didapat pada 16
Februari 1965. Pesanan perdana L-100 berjumlah 21 unit untuk Continental Air
Services pada tahun 1965.
Sayangnya
tidak seperti penjualan C-130 yang topcer, sebaliknya penjualan L-100 terbilang
lesu, ini menyebabkan pengembangan L-100 terbilang lambat. Namun Lockheed tetap
menawarkan L-100 dalam beberapa varian, mulai dari L-100-20, L-100-30, dan
LM-100J. Total hanya 114 L-100 yang terjual, produksi terakhir terjadi pada
tahun 1992.
Di kemudian hari L-100 dikembangkan menjadi L-100J yang ekuivalen
dengan C-130J lengkap dengan mesin turboprop canggih Rolls-Royce (Allison)
AE-2100D3, baling-baling enam bilah, dan EFIS dua kru, tapi program ini
dibatalkan pada tahun 2000 karena Lockheed ingin fokus di versi militer saja.
Diantara
varian L-100, yang paling laris adalah L-100-30. Ciri khas L-100-30 yakni punya
bodi lebih panjang 2,03 meter dari seri L-100-20. Dan yang saat ini
dioperasikan TNI AU adalah jenis L-100-30. Salah satu yang fenomenal adalah
L-100-30 dengan nomer A-1314, pesawat ini dibeli baru dan digunakan untuk
sarana angkut VIP/VVIP di Skadron Udara 17. Nah, populasi L-100-30 juga
terdapat di Skadron Udara 31, namun L-100-30 di Skadron ini didatangkan sebagai
bagian dari program hibah.
Sesuai
kebijaksanaan pemerintah, pada tahun 1995 TNI AU mendapat hibah dua unit
L-100-30 dari maskapai Merpati Nusantara Airlines, dan tiga unit L-100-30 dari
Pelita Air service. Kelima pesawat tersebut kini menjadi etalase Skadron Udara
31, masing-masing dengan nomer A-1325, A-1326, A-1327, A-1338 dan A-1329.
Mengutip
sumber dari situs saadonline.co.uk, disebutkan bahwa L-100 milik Pelita Air
Service ada empat unit, yakni PK-PLR, PK-PLU, PK-PLV dan PK-PLW. Selain hadir
dalam corak warna yang dinamis, armada L-100 milik Pelita Air Services pernah
disewa oleh HeavyLift pada pertengahan tahun 90-an.
Tiga unit L-100 Pelita
dikontrak oleh Ford Motor Company untuk memidahkan suku cadang dan kendaraan
lintas Eropa. Pada tahun 1994, satu unit L-100 Pelita Air Service ada yang dilibatkan
dalam misi reaksi cepat mengatasi tumpahan minyak di lepas pantai Afrika
Selatan.
Di luar
Indonesia, L-100-30 juga dioperasikan oleh angkatan udara di Aljazair, Ekuador,
Kuwait, Peru, Filipina dan Saudi Arabia.
0 comments:
Post a Comment