Siti Aishah,
25, wanita asal Serang, Jawa Barat, mendadak mendunia, setelah namanya
ditetapkan Kepolisian Diraja Malaysia sebagai tersangka pembunuh Kim Jong-nam,
kakak tiri diktator Korea Utara (Korut) Kim Jong-un. Intelijen Korea Selatan
dan kepolisian Malaysia menduga Siti dan tersangka wanita lainnya asal Vietnam,
Doan Thi Huong, digunakan sebagai agen mata-mata Korut.
Benar
tidaknya Siti sebagai agen mata-mata rezim Kim Jong-un kini sedang diselidiki
polisi Malaysia. Siti ditetapkan sebagai tersangka karena dirinya terekam CCTV
berada di dekat Kim Jong-nam saat dibunuh dengan racun. Pelempar racun
sebenarnya adalah Doan, itu pun menurut pengakuannya hanya disuruh seseorang
untuk aksi lelucon.
"Mereka
bilang itu sebuah lelucon. Saya tidak tahu itu dimaksudkan untuk membunuhnya,”
kata Doan, seperti dikutip dari Oriental Daily, Jumat (17/2/2017). Sedangkan
peran Siti belum jelas.
Siti berada
di Malaysia diduga sebagai pekerja. Di negeri tetangga itu, Siti memiliki
kekasih bernama Muhammad Farid Jalaluddin, 26, warga Malaysia, yang ikut
ditangkap polisi Malaysia terkait kasus pembunuhan Kim Jong-nam.
Kepolisian
Malaysia membela warga mereka dengan menyampaikan dugaan awal bahwa tersangka
ketiga ini tidak terlibat.
”Tersangka
ketiga masih dipertanyakan untuk mengetahui berapa banyak dia tahu tentang
kegiatan pacarnya (Siti),” kata Kepala Kepolisian Selangor Abdul Samah, kepada
The Straits Times.
Kim Jong-nam
dibunuh dengan racun di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) 2 Malaysia
pada hari Senin lalu. Dia dibunuh sekitar pukul 09.00 saat menunggu penerbangan
ke Macau, China.
Meski Siti
belum terbukti sebagai agen mata-mata Korut, kisahnya mengingatkan sejarah
panjang negeri komunis itu dalam menggunakan agen mata-mata wanita untuk misi
di luar negeri.
Berikut
beberapa mata-mata wanita terkenal yang terkonfirmasi digunakan Korut untuk
misi di luar negeri:
Kim Hyon-hui
Pada
November 1987, dua agen Korea Utara yang menyamar sebagai seorang ayah dan
putrinya meninggalkan bom waktu di pesawat jet Korea Selatan ketika berhenti di
Abu Dhabi selama penerbangan dari Bagdad ke Seoul. Pesawat meledak di lepas
pantai Myanmar yang menewaskan 115 orang.
Ketika dua
agen itu bepergian dengan paspor Jepang palsu, mereka ditangkap di bandara
Bahrain. Agen lelaki berusia 72 tahun bunuh diri dengan menggigit sianida di
ujung rokok Marlboro. Tapi agen wanita, Kim Hyon-hui, dihentikan sebelum
mengambil racun sianida.
Setelah
diekstradisi ke Seoul, Kim, yang saat itu berusia sekitar 25, mengatakan kepada
penyelidik bahwa bom itu dimaksudkan untuk mengganggu Olimpiade Seoul, yang
akan dimulai 10 bulan kemudian.
Kim dijatuhi
hukuman mati, namun akhirnya diampuni dengan alasan bahwa dia ditipu oleh
pemimpin Korut. Dia telah menulis beberapa buku yang laris dan menikahi salah
satu petugas intelijen Korea Selatan yang menyelidikinya.
Won
Jeong-hwa
Won
Jeong-hwa, yang masuk Korea Selatan sekitar tahun 2001 dengan menyamar sebagai
pembelot dari Korut, ditangkap dan dijatuhi hukuman lima tahun penjara pada
tahun 2008.
Pemerintah
Korea Selatan mengatakan dia menggunakan taktik seks untuk mengekstrak
informasi sensitif dari perwira militer Korea Selatan dan diplot untuk membunuh
petugas lainnya. Media Korea Selatan dengan cepat menjulukinya ”Mata Hari
Korea”. Julukan itu mengacu pada penari eksotis yang jadi mata-mata di era
Perang Dunia I.
Setelah
dibebaskan dari penjara, Won mengatakan gambar “Mata Hari”-nya telah
dibesar-besarkan oleh para pejabat dan media. Dia mengaku menggunakan taktik
seks sebagai alat mata-mata hanya sekali. Dia mengatakan bahwa dia telah jatuh
cinta dengan seorang perwira militer junior.
Won juga
mengatakan, dia tidak mematuhi perintah untuk membunuh dua dari sumber-sumber
intelijen militer Korea Selatan dengan racun.
Won telah
berjuang untuk membuka lembaran hidup baru setelah dia dibebaskan dari penjara.
Jaksa Korea Selatan menganggapnya hanya seorang informan tingkat rendah. Tapi,
Won, bagaimanapun bersikeras bahwa dia adalah mata-mata yang sangat terlatih.
Lee Sun-sil
Pada bulan
Oktober 1992, badan intelijen Korea Selatan mengumumkan telah menangkap 62
orang karena mendirikan Partai Buruh Korea Utara (Partai Komunis) cabang Korea
Selatan. Ujung tombak partai politik bawah tanah ini adalah Lee Sun-sil, 75,
seorang wanita Korut yang menurut pejabat Seoul telah beroperasi di Korea
Selatan selama 10 tahun.
Lee, yang
disebut berada di peringkat 22 dalam hirarki politik Korut, menghindari
penangkapan karena dia sudah kembali ke Korut pada saat pesta bawah tanah
kacau. Seorang mantan agen Korut yang ditangkap dalam kasus terpisah di
pertengahan 1990-an mengatakan dia telah mengantarnya ke korut pada tahun 1990
dengan kendaraan submersible (sejenis kendaraan selam).
Agen Korut
yang ditangkap itu mengatakan pendiri dan pemimpin Korut Kim Il Sung, kakek
dari Kim Jong-un, bertemu Lee dua kali di salah satu villanya. Dalam pertemuan
itu, Lee diberi gelar kehormatan dan sebuah jam tangan emas yang diukir dengan
namanya.
Lee, yang
pernah jadi anggota parlemen Korut, meninggal pada tahun 2000 dan dimakamkan di
pemakaman pahlawan Pyongyang.
0 comments:
Post a Comment